REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Wanita Arab Saudi menolak tudingan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Pasalnya, mereka dituding tertindas karena diskriminasi di tempat kerja dan sosial.
Pendiri dan CEO dari Jeddah United Sport Company, Lina Almaeena, menolak tegas klaim sepihak dari AS tentang kondisi wanita di Saudi yang tertindas.
Lina berpendapat, perempuan di seluruh dunia sudah melalui transformasi, termasuk di AS, tempat diskriminasi itu sendiri pernah ada.
"Perubahan itu merupakan suatu proses, dan itu terjadi di Arab Saudi," kata Almaeena, seperti dilansir Arab News, Jumat (24/6).
Ia menerangkan, masyarakat Arab telah mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi sangat signifikan. Almaeena menuturkan, saat ini perempuan Arab sudah menjadi bagian dari Dewan Syura (MPR), yang kondisi itu tak pernah terpikirkan di masa lalu.
Anggota Dewan Syura Arab Saudi, Thuraya E. Al Arrayed, juga menolak klaim yang menegaskan wanita Arab memiliki kekuatan dalam tubuh konsultatif.
Senada, Komisi Evaluasi Pendidikan Publik Saudi di AS, Ghadah Al Ghunaim, menilai banyak orang Barat melihat diskriminasi dari jilbab yang dikenakan wanita Arab.
"Jilbab, baik yang dikenakan untuk alasan agama maupun budaya, merupakan tanda hormat, sama seperti yang dikenakan Perawan Maria," ujar Al Ghunaim menerangkan.