Kamis 09 Jun 2016 06:02 WIB
Meraih Martabat Utama (2)

Dari Mukhlish ke Mukhlash

Mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menberikan ceramah Dzuhur di masjid agung sunda kelapa, Jakarta, Senin (22/6).
Foto:

 Berbagai firman Allah Swt menyebutkan bahwa orang-orang yang sudah sampai di maqam mukhlash, maka Iblis sudah tidak berdaya lagi menggodanya, sebagaimana pernyataan Iblis yang disebutkan dalam ayat: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlas di antara mereka". (Q.S. al-Hijr/15:39-40).

Dalam ayat lain disebutkan: “Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka. (Q.S. Shad/38:82-83).

Perkatikan ayat-ayat tersebut di atas semuanya menggunakan kata al-mukhlashin (bentuk jamak dari mukhlash)¸ bukannya al-mukhlishin (bentuk jamak dari mukhlish). Ini menunjukkan bahwa jika keikhlasan seseorang baru sampai di tingkat keikhlasan awal maka tidak ada jaminan untuk bebas dari godaan Iblis. Orang-orang yang sudah mencapai tingkat al-mukhlashin bukan hanya terhindar dari cengkeraman Iblis tetapi juga terhindar dari fitnah dan berbagai kecelakaan sosial. 

Untuk mencapai tingkat mukhlash diperlukan latihan spiritual (mujahadah) yang tinggi dan telaten (istiqamah). Mencapai derajat mukhlish saja begitu sulit, apalagi mencapai tingkat mukhlash. Seorang ulama tasawuf bernama Makhul mengatakan: “Tidak seorang pun hamba yang ikhlas selama 40 hari kecuali  akan tampak hikmah dari hatinya melalui lidahnya.” Barang siapa yang sudah mencapai tingkat mukhlash maka patutlah bersyukur karena ia sudah berhasil menjadi orang yang langka. Kelangkaannya terlihat dari sulitnya menemui orang yang betul-betul ikhlas tanpa pamrih sedikit pun dari amal kebajikannya.

 

Banyak sekali orang-orang yang kelihatannya sudah menjadi tokoh bahkan ulama tetapi masih berhasil tergoda dan jatuh di dalam cengkeraman nafsunya dan perbuatan terlarang. Itu menjadi pertanda perlunya kita selalu mengasah keikhlasan. Kita memohon kiranya kita ditingkatkan menjadi manusia yang tadinya tidak pernah ikhlas menjadi mukhlis, lalu terus berdoa dan bersusaha untuk meraih martabat mukhlash. Allahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement