Rabu 08 Jun 2016 06:05 WIB

Momentum Hentikan Gibah

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Achmad Syalaby
Bergosip (ilustrasi)
Foto:

Faktor budaya yang guyub seperti di Indonesia juga dapat menjadi penyubur budaya gibah. Menurut Deddy, suku-suku di Indonesia menganut nilai paguyuban yang mementingkan kepentingan kelompok daripada individu, terutama Jawa dan Sunda sebagai suku yang dominan.

Menurut dia, suku-suku di Indonesia pun tidak terbiasa mengelola konflik. Akibatnya, konflik di tengah masyarakat paguyuban menjadikan permusuhan berlangsung lama. "Iya, makanya begitu ada berita yang kita terima akan kita sampaikan kepada jaringan kita yang di dalamnya ada kita, keluarga, komunitas, teman karena kita menjadi bagian dari situ."

Fenomena media sosial kian menyuburkan praktik gibah. Kata Deddy, informasi yang berkembang di lini masa sulit dibedakan antara benar dan tidak. Sayangnya, jutaan informasi palsu justru disebarkan orang tanpa dipilih dan dipilah. Sebaiknya, kata Deddy, masyarakat menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Untuk informasi tidak bermanfaat, lebih baik untuk disimpan saja meski benar. 

Menjelmanya media sosial sebagai belantara informasi tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah, tapi harus dimulai dari diri sendiri. "Pendidikan harus datang dari keluarga itu awal pendidikan paling dini," ujarnya.

Demi menjaga kesucian Ramadhan, umat Islam pun seyogianya juga puasa dari gibah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah SAW bersabda, “…. Puasa adalah perisai. Maka jika salah seorang dari kalian berpuasa, janganlah dia berkata kotor atau keji.” (HR Bukhari).

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, meski tidak membatalkan, gibah merusak nilai puasa. Dia menjelaskan, masyarakat kian terbiasa dengan gibah yang dikemas di media massa dan internet. Padahal, kata Haedar, gibah di dalam media apa pun dilarang.

Melalui media sosial, kata Haedar, gibah menjadi budaya baru, sehingga cenderung menjadi kegemaran. Medsos telah menjadikan orang kehilangan nilai-nilai keadaban. Haedar mengimbau umat Islam menjauhi hal tersebut. \"Gibah di era internet makin tidak terbendung dan pelakunya merasa itu bukan gibah," kata dia, kemarin (7/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement