REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Cendikiawan Muslim yang juga Senior Professor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra mengatakan Islam di Indonesia dapat menjadi alternatif pencitraan Islam yang positif di Eropa.
Azyumardi menyampaikan hal itu dalam seminar bertajuk "Islam dan the Challenge of Muslim Democrats" di Brussels yang dihadiri lebih 100 peserta. Hal ini disampaikan Sekretaris Dua Pensosbud KBRI Brussels, Ade Rina Chaerony-Herdiyanto di London, Senin (6/6).
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullag itu menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan Friends of Europe bekerja sama dengan Sasakawa Foundation Executive Director Habibie Centre Indonesia.
Pembicara lainnya Rahimah Abdulrahim, anggota Parlemen sekaligus Wakil Ketua People Justice Party (PDT) Malaysia, Nurul Izzah Anwar, dan Policy Advisor European External Action Service (EEAS) Marete Bilde.
Seminar dengan moderator Director of Policy Friends of Europe, Shada Islam, lebih jauh, Azra mengatakan Indonesia dapat dijadikan role model di mana Islam dan demokrasi dapat berjalan beriringan dan peranan penting itu dapat dilakukan melalui penyebaran pemahaman Islam yang moderat.
Hal senada juga disampaikan Nurul Izzah Anwar yang menekankan pentingnya peran Muslim Moderat untuk menyuarakan Islam sebagai agama yang teduh dan damai dan memastikan promosi demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia tetap berjalan dengan semestinya.
Dari kaca mata Uni Eropa (UE), Marte Bilde menyerukan sudah saatnya UE mendengarkan Islam dari belahan dunia lain, bukan dari Islam yang selama ini biasa didengar, yaitu Timur Tengah.
Dengan demikian, Bilde menyerukan agar UE meningkatkan kerja sama yang lebih erat dengan Muslim Moderat, seperti pernah disampaikan Wakil Presdien Komisi Eropa, Frederica Mogherini, setelah kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu yang lalu.