REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tahun ini, bagi umat Muslim di seluruh Indonesia, kemungkinan menjadi tahun bersahabat dalam menjalankan ibadah puasa. Menurut Pakar Ilmu Falak yang juga Dosen Ilmu Falak Universitas Islam Bandung (Unisba), Tubagus Hadi Sutiksna, kemungkinan besar Ramadhan dan 1 Syawal di Indonesia, pada 1437 Hijriah ini, semua akan bersamaan. Yakni, jatuh pada Senin (6/6).
Bahkan, hingga 2021, umat Muslim di Indonesia kemungkinan akan menjalankan ibadah puasa di hari yang sama. "Secara matematis, atau hisab sampai 2021 Insya Allah kita akan bareng," ujar Hadi kepada wartawan usai Seminar Nasional Ilmu Falak di Unisba, Selasa (31/5).
Menurut Hadi, peluang puasa dan lebaran secara bersamaan tersebut terjadi bagi masyarakat yang memiliki pemahaman melihat hilal di posisi di atas dua derajat. Namun, khusus Persis kemungkinan peluangnya akan berbeda, karena menetapkan di empat derajat.
"Ada perbedaan kalau Persis, dulu hisab wujudul hilal. Sekarang kriterianya empat derajat. Jadi, kemungkinan mereka puasa Selasa (7/6)," katanya.
Hadi menjelaskan, di Indonesia ada beberapa ormas yang memiliki kriteria. Misalnya, Muhammahdiyah menggunakan wujudil hilal, beberapa derajat saja positif, maka besoknya mereka akan berpuasa. Begitu juga, untuk menetapkan lebaran. "Kriteria ahli rukyah sekarang sudah lebih rendah, minimal dua derajat," katanya.
Pemerintah, dia mengatakan sebagai penengah menentukan membuat kriteria sebesar dua derajat. Jika Ahad (5/6) hilal lebih besar dua derajat, maka pada Senin (6/6) puasa. "Tinggi hilal sekarang sudah di atas krieteria rata-rata. Sehingga ormas-ormas utama kemungkinan menentukan shaum dan Idul Fitri bersamaan," katanya.
Namun, kata dia, bagaimana pun jika ada yang berbeda dalam menetapkan waktu puasa, pemerintah memberikan ruang pada semua pihak untuk berbeda. Dari perbedaan tersebut, pemerintah memberikan ruang ke pihak yang meyakini hitungan benar. "Jangan membesarkan perbedaannya, kesamaannya banyak," katanya
Sementara menurut Ketua Pelaksana Seminar Ilmu Falak, Encep Abdul Rojak, seminar ini digelar untuk menyongsong Ramadhan dan bagaimana menyikapi bila ada perbedaan. Dalam seminar ini, dia menyebut dibahas bagaimana konsep ilmu falak sendiri yang memunculkan hasil perhitungan Ramadhan. Serta, dijelaskan bagaimana dari sisi aspek keilmuannya. "Matematis pasti, tapi kalau digabungkan dengan ilmu sosial seperti perbedaan ada toleransi," katanya.
Peserta seminar, di antaranya berasal dari Kemenag Jabar, Kemenag Kota Bandung, badan hisab rukyat Jabar, dewan masjid Indonesia, akademisi dan masyarakat umum.