Kamis 26 May 2016 07:39 WIB

Jimat Keramat Penyesat Umat Dipajang Sebagai Pengingat

Rep: Andrian Saputa/ Red: Ilham
Jimat dan rajah (ilustrasi).
Foto: Islam-institute.com
Jimat dan rajah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Majlis Tafsir Alquran (MTA) Surakarta punya cara unik untuk mengingatkan jamaahnya agar tidak berbuat syirik atau menyekutukan Allah SWT. Bukan sekedar nasihat dalam pengajian, melainkan Majlis yang beralamat di Jalan Ronggowarsito 111 A Surakarta itu sengaja memajang benda-benda yang dianggap keramat oleh para pemiliknya.

Pekan lalu, Republika.co.id berkesempatan mengunjungi gedung empat lantai itu. Pandangan Republika.co.id langsung tertuju pada dua lemari kaca yang berada tak jauh dari pintu masuk gedung. Atau tepat di depan ruang perpustakaan kitab tafsir.

Lemari itu tingginya hampir menyentuh atap gedung lantai satu. Tiap sisinya menggunakan kaca. Sehingga siapa pun dapat melihat apa saja yang ada didalam lemari, tanpa menyentuhnya.

Ada beberapa sejata pusaka seperti keris dengan beragam jenis dan ukuran. Keris-keris itu tersusun rapi. Ada juga ratusan batu akik yang ditempatkan menjadi satu dalam wadah berbentuk kotak.

Pada sisi lain dalam lemari, terdapat puluhan lembar kertas dan kain berwarna putih dengan tuliskan huruf arab tak beraturan. Selain itu, ada benda lainnya seperti arca berukuan kecil, primbon, pecut, tongkat, mata tombak, golok, celurit, Alquran mini (biasa disebut kitab stambul), batang bambu (Orang jawa menyebutnya Pring Petuk), besi berwarna kuning, dan lainnya.

Menarik lantaran pada kaca lemari itu pengurus Majlis menempelkan sebuah kertas bertuliskan 'Jimat Penyesat Umat Merusak Aqidah Membawa Kepada Kemusyrikan'.

"Ini benda-benda yang dianggap keramat oleh orang-orang yang dulu memilikinya. Mereka menganggap benda-benda ini punya kekuatan misalnya mendatangkan rezeki, mendekatkan jodoh. Tapi mereka kemudian menyerahkannya pada pengurus majlis karena ingin tobat, tidak mau menjadi musyrik menduakan Allah," tutur Bambang salah satu pengurus MTA.

Ya, benda-benda itu dengan suka rela diserahkan pemiliknya kepada pengurus majlis. Menurut Bambang, biasanya orang-orang yang menyerahkan pusakanya itu telah beberapa kali mengikuti kajian tafsir. Meski dianggap mempunyai kekuatan mistis, namum pengurus majlis memilih untuk memajangnya dalam lemari. Tujuannya tak lain untuk mengingatkan jamaah yang tiap pekan mengikuti kajian tafsir di MTA agar menguatkan tauhid dan tidak terjerumus pada kemusyrikan.

"Ingin selamat, minta rezeki sama benda-benda mati, padahal di Shalat kita meminta jalan yang lurus, baru setelah mengaji, memahami, sadar mereka itu tertipu," kata Pimpinan MTA, Ahmad Sukina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement