Jumat 20 May 2016 09:18 WIB

Tiga Fatwa Syekh Yusuf Al-Qaradhawi yang Kontroversial

Syekh Yusuf al-Qaradhawi

Meski pada 2000-an, al-Qaradhawi pernah memuji Presiden Suriah, Basyar al-Assad, dengan sebutan “pria yang kebijakannya melampaui umurnya.”

Namun, ketika Revolusi Suriah, sikap tersebut berubah. Ia justru menyerukan jihad melawan rezim Assad yang didukung oleh Hizbullah hingga titik darah penghabisan.

Al-Qaradhawi menegaskan, ia tertipu selama ini dengan sepak terjang Assad dan Hizbullah.

”Revolusi Suriah mengungkap fakta dan kebengisan Hizbullah yang telah disetir setan dan tersingkir dari zikir mengingat Allah. Saya akhirnya lebih percaya ulama Arab Saudi soal siapa mereka.”

Tak elak, fatwa ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan. Juru Bicara Hamas, Khalid Misy’al menilai fatwa tersebut mencederai hati warga Suriah. Mestinya, ia meminta pendapat mereka, tentang apa yang terjadi di Suriah.

Khalid pun menggarisbawahi, peran besar Assad untuk Hammas. Bagaimana mungkin Qaradhawi menyerukan jihad melawan Assad yang jelas-jelas memberikan perlindungan kepada Hammas.

Ironi, katanya, tatkala negara-negara Arab lainnya justru memusuhi dan menginstruksikan menutup kantor perwakilannya. “Takutlah Syekh Anda akan Palestina, Suriah adalah satu-satunya negara yang tidak memusuhi kami dan membuka pintu mereka lebar-lebar.”

Sebelumnya, saat Revolusi Libya Qaradhawi bahkan terang-terangan menghalalkan darah Qaddafi. “Siapa yang bisa membunuh Qaddafi, maka lakukanlah agar manusia dan umat terbebas dari kejahatan pria gila itu.”

Pandangan ini bertolak belakang dengan pujian Qaradhawi terhadap Qaddafi, jauh sebelum revolusi meletus. Pada 2003, Qaradhawi memuji almarhum dengan sebutan “pemimpin revolusi dan pemilik analisa yang tajam”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement