REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) merumuskan strategi kebangkitan zakat secara nasional dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Selasa hingga Kamis 10 hingga 12 Mei di Hotel Milenium, Jakarta. Baznas merumuskan kebangkitan zakat sebagai instrumen penting untuk mengatasi kesenjangan sosial yang mencapai angka tertinggi belakangan ini.
Ketua Umum Baznas Bambang Sudibyo mengatakan indeks rasio kini sudah mencapai angka 0,40 sejak 2010 alias melampaui ambang batas kewajaran nasional. Artinya, 1 persen golongan terkaya menguasai 40 persen kekayaan nasional.
“Tampaknya ada yang keliru dalam desain pembangunan ekonomi dan sosial selama era reformasi. Di bawah Presiden Soeharto yg memimpin Indonesia selama 32 tahun secara otoriter dan dekat dengan kronikroni konglomerat, rasio kini tidak pernah melampaui 0,35,” ujarnya di Jakarta.
Menurut dia, kesenjangan adalah ketentuan Allah tetapi perlu dikendalikan agar tidak ekstrem dan menimbulkan masalah sosial. Indonesia perlu belajar dari Jerman, Australia, Korea Selatan, Taiwan dan Prancis yang bisa maju dengan kesenjangan kesenjangan relatif wajar. Menurut Bambang, jika dikelola dengan baik, zakat akan menjadi pilar penting ekonomi umat untuk memoderasikan kesenjangan sosial.