Menurut Didin, memaknai peristiwa Isra Miraj itu sangat perlu, mengingatkan kembali bahwa diri kita harus menjadi hamba Allah. Kalau Indonesia ingin baik, kalau Indonesia ingin sejahtera, maka pemimpin-pemimpinnya harus menjadi hamba Allah. Jangan menjadi abdussiyasah (hamba politik), abdul mulk (hamba kekuasaan).
Kalau orang sudah menjadi hamba Allah, kata dia, gerakannya akan lurus, visi-mis hidupnya juga akan jelas. Tapi kalau menjadi hamba politik praktis apalagi pragmatis dia tidak akan jelas visi-misinya, akan serba ragu dalam mengambil tindakan. Dan ini yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Sementara itu, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Dr Ahmad Satori, mengungkapkan, hikmah penting dari Isra Mi’raj adalah kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.
Hikmah kedua, untuk mengingatkan bahwa umat Islam dalam kegiatan dan aktivitasnya harus dimulai dari masjid dalam rangka mencapai satu kebangkitan. Tanpa itu, umat Islam tidak mungkin akan bangkit. Dalam Isra Mi’raj ada perintah penting berkaitan dengan perintah shalat. ''Shalat adalah Mi'rajul Mukmin. Seorang Mukmin kalau ingin derajatnya naik, umat Islam kalau derajatnya ingin leading maka hendaknya memperkokoh hubungan dengan Allah SWT,'' ujar guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia juga menambahkan selama perjalanan Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW diperlihatkan problematika yang dihadapi pada masa yang akan datang.''Orang-orang yang banyak ngomong, tidak banyak bekerja, begini akibatnya. Orang yang suka nyeleweng, begini akibatnya. Semuanya itu dijadikan zsebuah antisipasi bagi Nabi Muhammad SAW supaya umatnya berhati-hati terhadap berbagai macam yang akan menggodanya kelak di zaman akhir.''