Ahad 01 May 2016 18:07 WIB

Pemulangan Jamaah Korban Mina Capai Rp 2 Miliar

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas keamanan ikut mengevakuasi jamaah haji yang menjadi korban insiden Mina.
Foto: Reuters
Petugas keamanan ikut mengevakuasi jamaah haji yang menjadi korban insiden Mina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu jamaah haji Indonesia korban insiden Mina akhirnya bisa kembali bertemu dengan sanak keluarganya di Indonesia. Culan Kasim (55 tahun) kini sudah berada di Indonesia setelah delapan bulan harus menjalani perawatan di Arab Saudi pascainsiden Mina dimana dia menjadi salah satu korbannya.  

Culan dibawa dengan menggunakan pesawat khusus Medevac (aeromedical evacuation) milik pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Kondisi fisik Culan sangat tidak memungkinkan untuk dibawa dengan pesawat biasa. Sejak insiden tersebut, Culan hingga kini harus selalu menggunakan alat bantu pernafasan. Sebab, heat stroke telah melumpuhkan sebagian besar saraf motoriknya, termasuk otot pernafasan.

Pesawat Medevac berangkat dari bandara internasional King Abdul Aziz Jeddah, Sabtu (30/4) pukul 19.00 waktu Arab Saudi. Pesawat tiba di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada pukul 12.35 WIB, Ahad (1/5).

Setelah mendarat di Bandara Halim,  Culan langsung dibawa ke RS Fatmawati, Jakarta, agar segera mendapatkan penanganan medis. Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek yang ikut menjemput kedatangan korban inisiden Mina ini, pemulangan Culan adalah peristiwa istimewa. 

Nila mengatakan prosesnya hanya menyita waktu cukup cepat, yakni lima minggu. Biaya pemulangan Culan mencapai Rp 2 miliar, yang ditanggung pemerintah Arab Saudi. 

Adapun biaya perawatan selama di RS Fatmawati, ditanggung BPJS Kesehatan. Sebab, Culan terdaftar sebagai pemegang Kartu Indonesia Sehat. 

Terkait ibadah haji tahun ini dan mendatang, Menteri Nila mengingatkan semua para calon jamaah agar selalu memastikan kesiapan fisik. Sebab, kondisi di Tanah Suci sangat berbeda daripada Tanah Air.

Calon jamaah diharapkan memeriksa kesehatan sejak awal, minimal sembilan bulan sebelum hari keberangkatan ke Tanah Suci. Sehingga risiko penyakit bisa dideteksi sedini mungkin. Ini agar kejadian semisal Culan tak terulang.

Heat stroke merupakan salah satu ancaman kesehatan bagi jamaah haji hingga 10 tahun mendatang. Itu konsekuensi periode haji yang bersamaan dengan musim panas di Tanah Suci. Hingga kini, masih tersisa satu orang jamaah haji yang juga dirawat karena menderita heat stroke sejak musim haji tahun 2015. Jamaah tersebut adalah bagian dari ratusan jamaah haji asal Indonesia yang terserang penyakit yang sama. 

(Baca Juga: 8 Bulan Berlalu, Jamaah Haji Korban Mina Ini Baru Dipulangkan)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement