REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA – Kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi atas dan bawah di Indonesia disebut sudah terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, organisasi sayap Muhammadiyah, Aisyiyah berkomitmen untuk menggerakkan kewirausahaan.
"Kami sudah mendiskusi dan menghitung strategi . Mudah-mudahan dalam satu periode mengawali abad kedua, kita harus mempunyai sejuta Aisyiyah wirausaha,"kata Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Sitti Noordjannah Djohantini pada Republika.co.id, di Kampus Terpadu Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Kamis (21/4).
Kewirausahaan merupakan program yang harus digerakkan di setiap daerah. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kemandirian ekonomi harus dilakukan dengan penguatan ekonomi berbasis keluarga dari yang kecil sampai upaya yang harus meningkat.
Untuk itu, dia menjelaskan, perlu upaya yang lebih kuat karena tidak mudah untuk mengonsumsi dan berbelanja dari lingkungan sendiri. Dia mengungkapkan, transaksi antar pedagang dan pembeli membutuh keberpihakan, rasa kebersamaan dan saling percaya.
"Karena masyarakat kadang tidak percaya dengan produk sendiri. Sebenarnya dari sisi institusi sebagai pedukung Aisyiyah, sudah mempunyai koperasi yang berjumlah 400 lebih dan yang banyak di Jawa Timur,’’tuturnya
Koperasi ini dinilai harus dikembangkan untuk mendukung para perempuan yang mau berkelompok dalam berusaha. Dari Laporan PP Muhammadiyah periode 2010-2015 dalam Muktamar Muhammadiyah di Makasar 2015, Muhammadiyah dalam bidang amal usaha ekonomi memiliki 437 BMT (Baitul Mal wa Tanwil), 762 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah), 25 penerbit, serta kelompok-kelompok Bina Usaha Ekonomi Keluarga Syariah(BUEKA).
Ormas ini juga memiliki kelompok komunitas binaan program pemberdayaan masyarakat, dan berbagai amal usaha lainnya sebagai kiprah Muhammadiyah untuk bangsa.