Kamis 21 Apr 2016 10:02 WIB

Perang Budaya Lebih Berbahaya

Rep: c25/ Red: Damanhuri Zuhri
Cholil Ridwan
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Cholil Ridwan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat seakan tidak menyadari perang budaya yang berlangsung. Akibatnya, budaya Islam di Indonesia semakin terkikis oleh pembiaran tersebut.

Tokoh Senior Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Ridwan, mengingatkan perang budaya lebih berbahaya dari perang konvensional, karena tidak mengenal waktu dan lokasi untuk terjadi.

Sayangnya, ia merasa umat Islam di Indonesia sering dipecundangi, dalam perang budaya yang selama ini terjadi.

"Perang budaya itu lebih bahaya dari yang konvensional, dan kita sering jadi pecundang dalam perang itu," kata kiai Cholil, Rabu (20/4).

Padahal, lanjut kiai Cholil, perang merupakan bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari, terutama oleh umat Islam yang sangat dekat dengan perjuangan. Terlebih, posisi budaya dalam Islam sangatlah penting, karena merupakan bagian hidup yang harus diteguhkan lewat aqidah.

Ia menekankan perjuangan umat Islam dapat dituangkan dalam banyak aspek, seperti perang melawan budaya pembiaran, yang belakangan banyak dimiliki umat di Indonesia.

Kiai Cholil menerangkan budaya pembiaran itu dapat dilihat jelas, saat umat seakan membiarkan LGBT merajalela dan pemimpinan yang sewenang-wenang.

Selain itu, ia menekankan perjuangan umat dapat dituangkan lewat penafsiran Pancasila sebagai dasar negara dengan benar, termasuk unsur Islam di dalamnya.

Kiai Cholil menambahkan, Pancasila harus jadi bagian Islam, dan umat tidak boleh meyakininya sebagai ideologi melebihi keyakinan atas Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement