REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menetapkan hasil hisab Ramadhan, Syawal dan Zulhijah. Perbedaan pendapat dalam menentukan hisab kerap terjadi diantara dua ormas Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Kendati demikian, Direktur Jenderal Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), Machasin, mengatakan Kemenag akan selalu menunggu sidang Isbath untuk penentuan hisab. Menurut Machasin, perbedaan pendapat dalam penentuan hisab merupakan hal yang biasa terjadi.
"Kita kan tidak bisa melarang orang atau organisasi untuk mengumumkan itu," ujar Machasin kepada Republika, Senin, (18/4).
Machasin mengaku Kemenag sudah melakukan upaya-upaya untuk menyatukan kriteria hisab agar ada kesamaan pandang baik dalam menjalankan ibadah puasa, Idul Fitri maupun Idul Adha. Namun, upaya yang sudah dicoba selama berpuluhtahun itu masih belum membuahkan hasil.
Machasin mengatakan selagi kedua belah pihak masih sama-sama berpegang teguh pada cara penetuan yang berbeda maka perbedaan pendapat akan terus berlangsung. "Selama masih seperti itu maka belum ada jalan keluar," ujar Machasin.
Tahun ini, menurut Machasin, perbedaan pendapat terkait penentuan Syawal, Ramadhan dan Zulhijah tidak akan begitu kentara. Sebab, dilihat dari posisi bulan, kecil kemungkinannya terjadi perbedaan. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga 2024 mendatang.
Namun, setelah 2024, Machasin mengatakan perbedaan pendapat dimungkinkan akan terulang kembali. Machasin berharap perbedaan pendapat ini tidak akan mempengaruhi persatuan umat.