Sabtu 09 Apr 2016 14:21 WIB

Lawan Ekstremisme, Dubes Inggris Akan Promosikan Konsep Islam Nusantara

Rep: c23/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (tengah) bertukar nota kesepakatan bersama usai ditandatangani bersama dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Muazam Malik (kiri) disakskan oleh Sekjen PBNU Helmy Faizal Zaini, di Jakarta, Jumat (8/4). (Republika/Darmawan
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (tengah) bertukar nota kesepakatan bersama usai ditandatangani bersama dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Muazam Malik (kiri) disakskan oleh Sekjen PBNU Helmy Faizal Zaini, di Jakarta, Jumat (8/4). (Republika/Darmawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menilai ektremisme dan radikalisme adalah sesuatu yang dapat dicegah dan ditangkal bersama. Hal ini dapat terwujud bila semua kalangan dapat menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain.

Hal tersebut ia sampaikan ketika menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman dengan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dalam menanggulangi ekstremisme dan radikalism di kantor pusat PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (8/4).

Menurut Moazzam, Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi nilai dan prinsip toleransi. "Perdana Menteri kami juga sepakat bahwa kami dapat belajar dari Indonesia (tentang toleransi)," tuturnya.

Ia juga menyinggung perlunya konsep Islam Nusantara seperti yang dirumuskan dan dicetuskan PBNU. Yakni menjunjung prinsip toleransi, menghargai perbedaan, serta memerangi tindakan-tindakan ekstrem dan radikal.

Hal tersebut tentunya, kata Malik, akan menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang penuh kekerasan, melainkan penuh kasih dan cinta perdamaian.

"Kami berharap dapat memelajari lebih dalam tentang Islam Nusantara dan mempromosikan konsep ini kepada masyarakat Inggris, serta seluruh warga dunia," kata Malik menerangkan.

Menurutnya, promosi konsep Islam Nusantara memberi efek tersendiri kepada dunia. "Terutama untuk melawan interpretasi Islam yang ekstrem dan radikal," ujar Malik menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement