Kamis 07 Apr 2016 18:57 WIB

Muhammadiyah Optimalkan Potensi Zakat dari Kelas Menengah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Posko Ramadhan Lazismu di Rumah Sakit UMM
Foto: Lazismu
Posko Ramadhan Lazismu di Rumah Sakit UMM

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Potensi kelas menengah di Indonesia yang mencapai 171 juta penduduk menjadi potensi sebagai muzaki atau orang yang melakukan zakat. Muhammadiyah bakal memanfaatkan potensi kelas menengah di Indonesia yang terus tumbuh ini.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan menurut data pemerintah pusat, potensi zakat setiap tahunnya mencapai Rp 123 triliun. Jika potensi tersebut dimanfaatkan akan menjadi soko guru kaum dhuafa dan pengembangan usaha kecil menengah bagi warga yang kurang mampu.

“Ini potensi besar untuk Indonesia ke depan, karena di negara manapun dimana basis kekuatan kelas menengah yang tumbuh besar akan kontributif untuk tingkat pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa,” jelas Haedar Nashir sesuai membuka Rakornas Lazis Muhammadiyah (Lazismu) di The Sun Hotel Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (7/3).

Oleh sebab itu, ia menilai potensi yang besar tersebut perlu dimobilisasi. Muhammadiyah yang mempunyai jaringan luas akan berupaya memobilisasi agar pertumbuhan kelas menengah di Indoensia berbanding lurus dengan kekuatan untuk berzakat. Dalam Rakornas tersebut, Lazismu ingin bersama Lazis-lazis yang lain memobilisasi muzaki yang punya kemampuan berzakat.

Haedar bersyukur lembaga-lembaga zakat Lazis termasuk Lazismu memperoleh kepercayaan tinggi dari masyarakat. Menurutnya hal itu karena Lazismu mempunyai prinsip amanah, akuntabel, bisa dinilai, dihitung dan punya prinsip good governance.

Ia menambahkan, Lazismu merupakan lembaga yang transparan. Dana zakat digunakan antara lain untuk bantuan bencana, program pemberdayaan masyarakat, dan program-program lain untuk memberdayakan kaum lemah dan miskin.  

Oleh sebab itu, ia berharap di samping lembaga zakat yang akuntabel, institusi pajak juga menjadi lembaga yang amanah dan akuntabel. Karena pajak berasal dari uang rakyat sehingga harus amanah dan tidak boleh korupsi. Ia menilai, predator terbesar bangsa Indonesia untuk maju adalah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan segala macam hal yang bersifat menyimpang.

“Kalau Indonesia ingin maju hilangkan penyakit kronis itu dan tumbuhkan kelas menengah baru yang produktif,” ungkapnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement