REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketika dua kandidat presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Ted Cruz bicara bahwa Muslim merupakan ancaman bagi negara, pada tragedi 11 September 2001 atau rubuhnya World Trade Center, ada seorang polisi Muslim yang menjadi korban tuduhan sejenis. Dilansir dari The Daily Beast, Sabtu (26/3), Salman Hamdani diduga terlibat dalam aksi teror kala itu setelah ia tiba-tiba menghilang di hari yang sama.
Hamdani, diketahui adalah petugas kepolisian yang memiliki pengetahuan paramedis. Ketika panggilan darurat diserukan saat itu, Hamdani dalam perjalanan pulang. Alih-alih kembali ke rumah, pemuda kelahiran Pakistan tersebut segera mendatangi tempat kejadian dengan peralatan medisnya.
Namun setelah kejadian itu, orangtuanya tak mendengar kabar Hamdani hingga berbulan-bulan. Mereka melaporkan putra mereka hilang, tetapi segera direspon dengan dugaan Hamdani terlibat dalam tindakan teror itu.
Akan tetapi, setelah enam bulan, barulah kecurigaan dan tuduhan pada polisi muda itu hilang. Di bawah reruntuhan gedung WTC, tim evakuasi menemukan jenazah Hamdani. Peralatan medisnya ditemukan di samping tubuh Hamdani.
Setelah mereka berhasil menemukan Hamdani, segera pemakaman penghormatan penuh digelar. Di Pusat Kebudayaan Islam, acara pemakaman Hamdani dihadiri hingga 500 orang, termasuk walikota New York saat itu, Mike Bloomberg, dan Komisioner Polisi yang menjabat, Raymond Kelly.
"Kita tidak tahu berapa orang yang telah dibantunya (Hamdani, red), berapa banyak nyawa yang ia selamatkan," Kelly, saat itu mengucapkan pidato belasungkawa. "Tapi jika Anda melihatnya saat hidup, Anda akan mengetahui ia bertekad untuk membuat perbedaan, dan ia melakukannya. Ia memang seorang pahlawan."
Ibu mendiang polisi muda itu, Talat Hamdani, menceritakan pengorbanan putranya bukan hanya untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Ia juga menyelamatkan Amerika dari mereka sendiri, dari berbagai prasangka yang membuat negara ini tidak lagi hebat. Keberanian Hamdani telah mempermalukan orang-orang yang menuduhnya sebagai pelaku teror.
"Dia memberikan hidupnya untuk Amerika. Sekarang Amerika menghormatinya," ujar Talat.
Penghormatan pada Hamdani begitu besar. Pada tahun 2014, sebuah jalan di daerah tempat tinggal Hamdani di Queens resmi dinamai ulang dengan nama polisi muda itu, Jalan Salman Hamdani. Hal itu membuat orangtua Hamdani begitu gembira.
"Ini adalah titik balik dari pertarungan Amerika atas fanatisme dan prasangka. Ini menjadi simbol bahwa Muslim Amerika juga warga Amerika, dan kita adalah bagian dari masyarakat," Talat mengungkapkan dalam seremoni peresmian Jalan Salman Hamdani, tahun 2014 silam.