Rabu 23 Mar 2016 20:21 WIB

Lawan Radikalisasi dengan Kisah Tentara Muslim

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Prajurit Muslim Inggris tengah melaksanakan shalat di tengah medan PD I
Foto: ITV
Prajurit Muslim Inggris tengah melaksanakan shalat di tengah medan PD I

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti sejarah militer asal Inggris, Jahan Mahmood memiliki metode tersendiri guna menanamkan pandangan anti-radikalisasi pada muda-mudi Muslim. Dilansir dari The Guardian, Sabtu (19/3), Mahmood memilih untuk aktif menceritakan kisah militer di mana Muslim ikut berperan di dalamnya.

Mahmood ingin memperlihatkan sejarah yang belum pernah diketahui oleh anak-anak muda Inggris tentang Muslim yang saat ini menjadi korban pemberitaan media massa. "Orang-orang selalu mengatakan kita tidak berperang untuk kebebasan, kita tidak melindungi negara," jelas Mahmood.

"Tetapi kita pernah di sana, melakukannya," katanya.

Pria yang telah 13 tahun bekerja sukarela mengedukasi masyarakat melawan radikalisasi tersebut menceritakan kisah-kisah heroik Muslim dalam peperangan yang melibatkan Inggris. Salah satunya bukti bahwa ada raja Inggris yang sangat dekat dengan Muslim, yaitu Raja George V yang bahkan berfoto mengenakan turban.

Raja George V memang dikenal dekat dengan elit militer Muslim. Mahmood menceritakan heroiknya peraih Victoria Cross pertama dari India, Khudadad Khan, yang berhasil mempertahankan pos tentara Inggris seorang diri dari serangan Jerman hingga pasukan bantuan tiba di tempat.

Mahmood biasa mengajak anak-anak muda dari komunitas Muslim untuk berdiskusi dengan cara yang sangat santai. Selain diskusi berekelompok, dia akan mengajak mereka bermain go-kart, makan bersama, dan barulah sambil melakukan kegiatan itu, dia mulai memberikan mentoring. Mahmood akan mengajak mereka mengobrol dan menjelaskan hal-hal apa saja yang dapat menjauhkan mereka dari radikalisasi.

Tidak hanya mengenai sejarah militer Muslim, Mahmood pun menjelaskan pada anak-anak muda mengenai pentingnya terlibat dengan masyarakat Inggris, percaya pada orang-orang di sekitar mereka tinggal. Dia juga menyampaikan pesan-pesan yang membuat anak-anak muda Muslim memikirkan kembali keputusan mereka jika hendak pergi ke Syria seperti mengerikannya situasi perang yang jauh dari bayangan mereka.

"Jika kalian tidak percaya pada tetangga kalian sendiri, kenapa kalian ingin pergi dan percaya pada orang-orang yang tidak kalian kenal, berperang bersama mereka yang jaraknya ribuan mil dari kalian?" Tukas Mahmood, dalam salah satu diskusinya bersama para pemuda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement