Selasa 15 Mar 2016 04:31 WIB

Pemberantasan Terorisme tak Beda dengan Penumpasan Komji

Densus 88 Polri
Foto:
Pencetus negara Islam Indonesia, Kartosuwiryo, saat menyantap hidangan makan terakhir sebelum dieksekusi.

Bila dikaji kembali, lanjut Busyro, memang setidaknya ada banyak titik persamaan antara operasi penumpasan Komando Jihad (Komji) pada 1980-an dan operasi pemberantasan teorisme yang gencar sekali dilakukan pada masa sekarang ini. Bahkan, bila ditelisik persamaan di antara keduanya, mencapai tujuh bentuk.

 ‘’Persamaan bentuk pertama antara Komji dan berbagai kelompok teroris masa kini, keduanya adalah organisasi atau gerakan bawah tanah. Kedua, dibentuk atas kekhawatiran meluasnya sebuah paham ideologi. Maksudnya, bila pada masa Komji saat itu pemerintah ketakutan terhadap bangkitnya PKI (komunisme), pada saat yang sama pemerintah juga ketakutan akan munculnya ideologi politik Islam, yakni pembentukan Negara Islam Indonesia (NII),’’ ujar Busyro menegaskan.

Persamaan bentuk ketiga, baik di era Komji maupun NII masa kini, keduanya menggunakan metode "baiat" (sumpah setia). Keempat, baik Komji dan NII sama-sama punya doktrin "ghonimah" bagi harta kekayaan negara. Kelima, Komji dan kelompok teror masa kini juga sama-sama menganggap Pancasila sebagai "thogut".

‘’Persamaan yang keenam, bila sekarang ada sebutan Jamaah Islamiyah (JI), dulu pun ada sebutan JI. Bahkan, sebutan nama JI ini muncul sebelum munculnya sebutan Komji. Ketujuh, baik Komji maupun NII, pada masa kini wilayah sebarannya bersifat masif, terstruktur, dan meluas ke banyak pelosok wilayah di Indonesia,’’ kata Busyro.

Melihat kenyataan itu, Busyro pun menduga bahwa Komji dan aksi teror masa kini itu dibentuk sebagai bagian sebuah operasi intelijen yang tujuannya untuk melemahkan umat dan ajaran Islam.

''Maka, saya kira isu Komji di masa lalu dan NII di masa sekarang itu pun sama saja. Cuma bedanya, Komji dulu dalam waktu singkat bisa dibasmi, tapi aksi teror yang kini ingin mendirikan negara Islam itu, sudah sampai ganti enam Kapolri, kekuatan mereka tetap belum juga tuntas. Kita tahu siapa itu Umar Faruq, Umar Pathek, Santoso, Hambali, Azhari, Noordin M Top. Siapa sih yang buat mereka. Maka, ada apa kok pegikut mereka tak habis-habis? Jadi, itulah pertanyaannya sekarang,’’ kata Busyro menegaskan kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement