REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan terus berkomitmen menggelorakan gerakan membaca dan menghafal Alquran untuk para pelajar Muslim di sekolah. Setelah semua SMA/SMK diambil alih pada 2017, Pemprov Jabar akan mewajibkan semua siswa Muslim membaca Alquran sebelum belajar.
Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, pada Januari 2017 Pemprov Jabar akan mengambil alih kelola SMA/SMK. Momen ini akan digunakan oleh Pemprov Jawa Barat untuk membuat aturan baru dalam mendukung gerakan membaca dan menghafal Alquran di lingkungan sekolah.
“Mudah-mudahan kita bisa terus menggebyarkan gerakan baca Alquran ini," kata Heryawan yang akrab disapa Aher dalam acara penyerahan Wakaf Syamil Quran dan Launching Liqo Tahfidz Quran se-Kota Bandung di Sekolah Bintang Madani, belum lama ini.
Aher mengatakan, ia ingin terus menggebyarkan gerakan hafalan Alquran ini di seluruh kabupaten dan kota. Namun, paling tidak amanah baru limpahan murid SMA/SMK hingga 2,1 juta yang diberikan pada Pemprov Jabar untuk dikelola bisa menjalankan program ini.
"Insya Allah, sebagaimana program sebelumnya, kita akan menggebyarkan program baca dan hafal Alquran. Kita akan buat aturan baru," katanya. Menurut Aher, aturannya sederhana, yaitu setengah jam menjelang jam pertama belajar dilaksanakan, murid-murid sudah ada di kelas. Kemudian, lewat media audio visual dikendalikan dari sentral di Kota Bandung dan akan ada juga bimbingan membaca sekaligus menghafal Alquran.
Dikatakan Aher, untuk melengkapi wawasan para murid mengenai ayat Alquran yang dibacanya tersebut, akan dilaksanakan pula pembekalan dalam bentuk ceramah. Diharapkan dengan pembekalan tersebut, para siswa akan mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai makna yang terkandung dalam Alquran. "Pada dasarnya, kita sebagai warga negara membutuhkan dua hal saja," katanya.
Pertama, kata dia, adalah komitmen masyarakat, termasuk para pelajar dengan akidah agamanya, dalam konteks akidah Islam yang sangat kuat. Kedua, dengan akidah tersebut, agama dipahami dengan baik dan benar, agama yang moderat, dan pemahaman yang jelas.
"Insya Allah, kalau pemahamannya jelas, lengkap, dan utuh, akan jauh dari sikap radikalisme, apalagi terorisme,” kata Aher.