REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecenderungan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dinilai sebagai bentuk penyimpangan. Untuk mencegahnya, Wakil Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftahul Akhyar mengimbau masyarakat memperkuat ketahanan keluarga, salah satunya dengan pendidikan pranikah serta konsultasi-konsultasi keagamaan untuk melanggengkan pernikahan.
Dia menjelaskan, PBNU pun meminta semua pihak untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang memiliki kecenderungan LGBT untuk dapat hidup lurus sesuai dengan norma-norma agama, sosial dan budaya.
Salah satu hak mereka untuk memperoleh rehabilitasi dan edukasi secara baik. "Perlu ada langkah dakwah dengan hikmah, menggunakan kata dan cara yang baik, lemah lembut, peduli, penuh kasih sayang, jelas dan tegas dalam menanganinya," ujar Miftahul di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/2).
Dia mengakui, belakangan ada kampanye sistematis terhadap aktifitas LGBT dari pelaku dan kelompok pendukungnya, termasuk dukungan dana dan sumber daya. Dia menjelaskan, PBNU menolak tegas paham dan gerakan yang membolehkan atau mengakui eksistensi LGBT. "LGBT mengingkari fitrah manusia," ujar dia.
Kecenderungan menjadi LGBT adalah menyimpang sehingga orang yang mengidapnya harus direhabilitasi. Pola rehabilitasi dilakukan sesuai dengan faktor yang menyebabkannya.Miftahul menyebut perlu ada pengerahan sumber daya untuk rehabilitasi terhadap setiap orang yang punya kecenderungan LGBT. PBNU pun meminta pemerintah serius memberikan rehabilitasi dan mewajibkannya.
PBNU mengimbau seluruh dai dan warga NU pada khususnya, serta masyarakat Indonesia umumnya, untuk bahu membahu menyediakan layanan rehabilitasi bagi LGBT dan mendampingi pemulihannya. "Kita harus melakukan berbagai usaha guna pencegahan dan pemulihan yang bertujuan untuk membantu sesama manusia agar kembali pada fitrahnya sebagai manusia bermartabat," kata dia.