REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pimpinan Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Dolo Ali Bin Hasan Aljufri menuturkan, peristiwa gerhana pernah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Peristiwa alam itu bahkan terjadi bertepatan dengan wafatnya putra Rasulullah SAW bernama Ibrahim.
Saat itu, para sahabat mengira gerhana tersebut ada kaitannya dengan meninggalnya sang putra, tapi Rasulullah SAW mengatakan peristiwa tersebut merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Kemudian, Rasulullah SAW memerintahkan untuk melaksanakan shalat sunat dua rakaat.
Shalat itu, menurut Ali, yang disebut dengan shalat Khusuf sebagai kesyukuran. "Shalat ini berbeda dengan shalat sunat yang lain," kata dia, Rabu (24/2). Ali menjelaskan, pada saat gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 mendatang, shalat sunat berjamaah akan dilaksanakan di Masjid Pondok Pesantren Madinatul Ilmi.
Wakil Rektor III Unisa itu menambahkan, perbedaan shalat sunat Khusuf dengan lainnya adalah saat rukuk yang disunatkan lama sambil membaca tasbih yang panjang. "Pada saat membaca surat al-Fatihah, tidak dengan suara yang keras," ujar dia menjelaskan.
Setelah rukuk pertama, kembali lagi iktidal dan membaca surat al-Fatihah. "Tetapi, saat sujud tidak disunahkan untuk lama," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sigi itu menambahkan.
Setelah itu, kata dia, dilanjutkan dengan membaca khutbah, yang berkaitan dengan pesan-pesan untuk mengingat kebesaran Allah. Peristiwa GMT ini akan melintasi Indonesia dan berakhir di Samudra Pasifik. Terakhir kali Indonesia mengalami GMT pada 1995 dan lintasan totalnya di Sangihe.
(Baca Juga: Kemenag Minta Umat Islam Shalat Gerhana pada 9 Maret)