Rabu 24 Feb 2016 18:01 WIB

Universitas Islam Belum Mampu Bersaing di Level Internasional

Rep: C23/ Red: Achmad Syalaby
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsudin (kanan) didampingi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Didin Hafidudin memberikan penjelasan pada acara Rapat Pleno ke 5 dengan tema “Revitalisasi Pendidikan Islam, Problemaatika dan Solusi” di Jakarta, Rabu (24/2)
Foto: Republika/Darmawan
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsudin (kanan) didampingi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Didin Hafidudin memberikan penjelasan pada acara Rapat Pleno ke 5 dengan tema “Revitalisasi Pendidikan Islam, Problemaatika dan Solusi” di Jakarta, Rabu (24/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melaksanakan Rapat Pleno V di gedung MUI Pusat di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Rabu (24/2). Pada rapat tersebut, Dewan Pertimbangan MUI mengangkat tema 'Revitalisasi Pendidikan Islam: Problematika dan Solusi'.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengatakan saat ada sejumlah problem yang menjadi tantangan dunia pendidikan Islam di Indonesia. Di antaranya, kurangnya kesadaran dan kesiapan sumber daya manusia Muslim dalam persaingan antar perdaban global.

Menurut dia, saat ini banyak universitas Islam yang belum menerobos dalam jajaran  universitas top di tingkat nasional maupun internasional.  Akibatnya, hasil pendidikan Islam yang berasal dari episentrum pendidikan, tidak memiliki kemajuan signifikan. Alhasil, selain berdampak pada melambatnya perkembangan sumber daya manusia Muslim, faktor tersebut juga mengakibatkan dominasi peradaban asing seperti Cina, India, dan Jepang, di Indonesia, bahkan dunia.

Selain itu, menurut Din, problem krusial lainnya yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan Islam adalah masih adanya ketidakstabilan sistem pendidikan nasional. Ia menilai, belum ada pengokohan kebijakan di sektor pengembangan bidang sumber daya ekonomi pendidikan Islam.

Selama ini, lembaga pendidikan Islam, hanya mengandalkan pasokan anggaran dari peserta didik dan bantuan pemerintah. "Akibatnya, tidak sedikt madrasah yang gulung tikar karena tidak memiliki cukup biaya operasional untuk menggaji guru, merawat bangunan, dan biaya lainnya," jelasnya.

Persoalan lainnya adalah masih rendahnya kompetensi tenaga pendidik dan out put pendidikan Islam. Akibatnya, kualitas serapan yang diterima peserta didik juga tidak maksimal. "Bila hal ini terus berlangsung dan tidak dilakukan pembenahan, maka stok sumber daya manusia pendidikan Indonesia juga mengalami degradasi," ujar Din.

Selain itu masih ada beberapa persoalan-persoalan lain yang tengah dihadapi dunia pendidikan Islam di Indonesia. Seperti intensitas benturan paradigma global dan kekaburan identitas, desain kurikulum yang meninggalkan khazanah budaya asli nusantara, dan lain-lain.

Untuk itu, Din, bersama Dewan Pertimbangan MUI akan merumuskan solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut. Rumusan solusi, nantinya akan diberikan kepada Dewan Pimpinan MUI agar dijadikan referensi dan disampaikan ke Kementerian Agama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement