Kamis 11 Feb 2016 16:25 WIB

Eks Jurnalis WSJ: Makna Hijab Disalahartikan

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Achmad Syalaby
Perempuan berhijab
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Perempuan berhijab

REPUBLIKA.CO.ID, Mantan jurnalis Wall Street Journal, Asra Q. Nomani, menentang gerakan mengenakan hijab yang dilakukan wanita non-Muslim karena alasan solidaritas. Seperti diketahui, akhir-akhir ini kerap muncul gerakan solidaritas bagi Muslimah berhijab yang kerap dijadikan bulan-bulanan dan korban intimidasi akibat Islamofobia. 

Para aktivis non-Muslim meredam serangan Islamofobia dengan ikut mengenakan hijab seperti yang dilakukan wanita Muslim.Menurut penulis buku “Standing Alone: An American Woman’s Struggle for the Soul of Islam ini, hijab bukan cuma sekadar simbol kesederhanaan dan martabat bagi wanita pengikut setia agama Islam. 

Asra menjelaskan di dalam sebuah artikel yang dikutip dari washingtonpost bahwa menyakitkan bagi seorang Muslimah melihat hijab dikenakan oleh wanita non-Muslim dan dipertontonkan di masjid.Asra melihat, citra penggunaan hijab pada zaman sekarang ini yang dibentuk oleh negara-negara Islam seperti Iran, Saudi Arabia, dan Taliban Afghanistan, telah disalahartikan karena membuat hijab dalam arti sebenarnya berubah menjadi sekadar 'penutup kepala'.

Dia menjelaskan hijab secara harfiah berarti 'tirai' dalam bahasa arab. Ini dapat juga berarti 'bersembunyi', 'mengisolasi', atau 'menghambat' seseorang maupun sesuatu. Di dalam Alquran hijab tidak pernah secara khusus dimaksudkan sebagai penutup kepala. Di dalam Alquran kata 'hijab' tidak pernah berkonotasi dengan tindakan kesalehan.Sebaliknya, 'hijab' justru digunakan dalam konteks yang bermakna negatif. 

Sementara, dalam bahasa sehari-hari Arab, kata yang digunakan sebagai 'penutup kepala' adalah tarha. Sedangkan, dalam bahasa Arab klasik, penutup disebut dengan 'gheta' dan kepala disebut dengan 'al-ra'as'. Maka, jelas 'hijab' sudah disalahartikan maksudnya oleh banyak orang. 

Menurut dia, ideologi Islam yang dibentuk oleh negara-negara Islam tersebut telah menempatkan kehormatan wanita terletak kepada kesuciannya. Sehingga, secara tidak langsung telah mendorong 'hijab' dalam arti 'penutup kepala' wajib bagi perempuan.  

Untuk itu, ia mengimbau agar media harus segera menghentikan penyebaran penafsiran 'hijab' yang salah selama ini.Bagi yang ingin membela wanita Muslim, ia meminta jangan memakai jilbab atas nama solidaritas dengan  ideologi yang justru membungkam kaum wanita Muslim. Namun, berdirilah bersama wanita Muslim dengan keberanian moral melawan ideologi Islam yang menuntut wanita Muslim menutup rambut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement