Senin 08 Feb 2016 10:12 WIB

Jejak Islam di Bumi Naga

Masjid Huaisheng (Memorial Mosque) di Kota Guangzhou, Cina.
Foto:
Muslim Cina

Umat Islam punya babak baru pada masa Mao Tse Tung (1893-1976). Negarawan besar ini juga punya hubungan khusus dengan umat Islam. Ketika dia menetapkan markasnya ke Niyan, umat Islam Cina mendukungnya penuh.

Sebagian Musilm ikut bergabung dalam tentara Merahnya meski sebagian menyembunyikan agama asli. Pada 1954 pemerintah menjamin kebebasan untuk melakukan shalat, upacara ritual dan budaya serta sosial sendiri. 

Sebagai perbandingan terhadap etnis minoritas lainnya, mereka juga diberi kebebasan terutama menjalin hubungan dengan muslim lain di dunia. Belakangan memang pemerintah Cina memberi perlakuan khusus bagi mereka.

Caranya dengan memberikan otonomi atau provinsi khusus buat mereka. Pemerintah Cina memberi hak khusus kepada etnik minoritas. Sebagai bukti, di luar dari 22 provinsi ada lima daerah otonomi penuh yang didasarkan pada pengakuan atas hak warga minoritas bukan saja Muslim tapi juga etnik lain.

Wilayah itu adalah Zhuang di Guangxi Zhuangzu, Hui-wilayah muslim di Ningxia Huizu, Uygurs di Xinjiang Uygurs, Tibet di Tibet, dan Mongol di wilayah khusus Mongol. Wilayah khusus lain dibedakan lantaran perjanjian dengan Inggris seperti Hongkong yang telah dikembalikan secara resmi.

Saat ini, jumlah Muslim di Cina diperkirakan mencapai 200 juta jiwa. Tentu ini bukan data resmi karena tak ada sensus khusus terhadap agama. Sebagian besar Muslim Cina merupakan etnis Uygur, Kazak, Kyrgyz, Uzbek, Tatar dan Xinjiang.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement