Selasa 02 Feb 2016 02:22 WIB

Empat Makna Ihsan

Interaksi sosial/ilustrasi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Gerakan shalat (ilustrasi).

Dalam ibadah, sikap ihsan terwujud manakala tidak hanya berhenti pada pelaksanaan ibadah wajib, tetapi juga melakukan yang sunat. Ihsan dalam shalat dibuktikan dengan melaksanakan shalat-shalat sunat di samping yang wajib, seperti tahajud dan dhuha.

Ihsan dalam puasa terwujud apabila bukan hanya melakukan puasa Ramadhan, tetapi juga membiasakan puasa sunat, seperti puasa Senin dan Kamis. Ihsan dalam harta, bila tidak hanya menunaikan zakat mal, tetapi juga memberikan sedekah dan infak untuk kepentingan agama dan kemaslahatan umum.

Di samping itu, ihsan dalam ibadah terwujud bila pelaksanaannya tidak semata-mata memenuhi rukun dan syarat, tetapi dilaksanakan dengan yang terbaik dan ikhlas kepada Allah.

Ihsan diwujudkan pula dengan menghayati hakikat ibadah, baik ketika pelaksanaannya maupun sesudahnya. Misalnya, ihsan dalam shalat baru terpenuhi bila seseorang mampu ikhlas, khusuk, dan mengikutsertakan dirinya lahir dan batin dalam shalat. Dalam kondisi ini, seseorang dapat merasakan kehadiran Allah ketika shalatnya.

Dalam makna lebih luas, sikap ihsan harus ditampilkan setiap Muslim pada semua aktivitas. Ini diwujudkan dengan berusaha melakukan yang terbaik dan menjadi yang terbaik dalam setiap aktivitas dengan tidak mengabaikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki seseorang.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement