REPUBLIKA.CO.ID, Meski lesbian, gay, biseksual dan transseksual (LGBT) dilarang keras dalam ajaran Islam, namun, sejarah mencatat praktik perilaku menyimpang tersebut tetap saja ada, bahkan dilakukan oleh para elite di lingkungan istana pada masa kekhalifahan baik Umayyah maupun Abbasiyah.
Torehan ini menjadi catatan kelam dalam sejarah Islam, tak beranding lurus dengan perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan selama Abad Pertengahan tersebut. Perilaku ini tak jarang mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan bahkan pelakunya diganjar hukuman berat hingga dibunuh.
As-Suyuthi dalam “Tarikh al-Khulafa” menyebutkan para elite khalifah di lingkungan Dinasti Umayyah, banyak yang terjerumus praktik haram ini. Khalifah Yazid menurut sejumlah riwayat melakukan perilaku homoseksual. Namun, menurut as-Suyuthi, yang paling terkenal parah adalah khalifah al-Walid bin Yazid bin Abd al-Malik.
As-Suyuthi menyebutnya dengan gelar fasik: “al-Khalifah al-Fasiq Abu al-Abbas (khalifah abu al-Abbas yang fasik)". Fakta ini tak hanya diutarakan oleh pengarang kitab “al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran” tersebut. Imam ad-Dzahabi dalam “Tarik al-Islam” juga mengungkapkan penyimpangan seksual al-Walid.
Ia menulis dengan kalimat yang sangat terang benderang: “Al-Walid terkenal pemabuk dan gay,” tulis ad-Dzahabi. Al-Walid akhirnya dibunuh oleh saudaranya, Sulaiman bin Yazid.
Pemandangan serupa, juga dengan mudahnya kita jumpai pada masa Dinasti Abbasiyah. Dalam kitab “Tarikh”nya, at-Thabari menggambarkan praktik LGBT di kalangan khalifah Abbasiyah adalah fenomena yang nyaris umum. Khalifah al-Amin misalnya, meminta remaja-remaja laki-laki dan berani memberli mereka mahal untuk memenuhi hasratnya siang dan malam.
Ia menolak perempuan merdeka atau budak. Ibunya pernah mencoba mengalihkan kebiasaannya buruknya itu dengan menyuruh perempuan berpura-pura sebagai pria, namun usuhanya gagal.
Pun demikian dengan khalifah al-Mutawakkil. Al-Mas’udi dalam Mirwaj ad-Dzhahab wa Ma’adin al-Jauhar, mengungkapkan khalifah Abbasiyah tersebut, memiliki pasangan gay bernama Syahik. Sedangkan al-Mu’tashim, konon, sangat menyukai budak pria asal Turki dan rela membelinya dari tuan-tuan mereka.
Jumlahnya fantastis (meski perlu verifikasi validitasnya) mencapai 4 ribu orang. Para pria tersebut dipaksa menjadi pasangan gay dengan mengenakan baju-baju indah mewah berbalut emas.