REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai resmi diberlakukan awal 2016. Cendekiawan Muslim Prof KH Didin Hafidhuddin mengakui masyarakat Indonesia terutama dari kalangan akademisi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) belum melakukan persiapan yang maksimal.
Namun, Ketua Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldhun Bogor ini meyakini apabila ada kesadaran yang semakin kuat di kalangan pimpinan maupun dosen-dosen, PTKI baik dari swasta maupun negeri kedepannya bisa mencetak lulusan yang lebih baik dan berkualitas yang mampu bersaing.
"Mereka tidak akan kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari negara-negara ASEAN lainnya," kata Didin saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/1).
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) 2005-2015 itu mengatakan, MEA tidak perlu dijadikan sebagai sesuatu hal yang menakutkan. Karena, lanjut Didin, bagaimanapun juga tenaga kerja asli Indonesia lebih memiliki keunggulan dibandingankan para tenaga kerja asing.
"Kita lebih mengetahui kondisi yang terjadi di wilayah kita sendiri karena kita adalah pribumi bukan tamu," kata Didin menegaskan.
Menurutnya, kalangan PTKI harus terus menerus melakukan pelatihan-pelatihan dilingkungan kampus. Pelatihan tersebut, kata Didin, bukan hanya seputar pengetahuan-pengetahuan umum tetapi pelatihan yang dapat mengokohkan mentalitas para lulusan dan tenaga kerja asli Indonesia.