REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Halal jadi standar semua Muslim untuk semua hal. Dengan standar yang sama, halal dinilai beri kemudahan dari aspek ekonomi.
Director of Central Islamic Council of Thailand (CICOT) Ismail Ali mengatakan, berbeda dengan kepercayaan lain, dalam Islam kultur berawal dari keyakinan. Itu sebabnya Muslim di mana pun punya kultur dan kebutuhan yang sama, yakni halal.
Konsep halal yang dijalankan umat Islam pun tak hanya soal makanan, tapi juga keuangan, cara berpakaian dan aneka aspek lainnya. Meski rasa bisa jadi berbeda, Ismail mengatakan, Muslim akan mencari makanan halal kemanapun pergi. "Untuk produk halal, Thailand berpotensi jadi dapur halal dunia. Apalagi pertumbuhan Muslim demikian cepat," ungkap Ismail.
Menurutnya, deposito di bank umum dan berbunga bisa jadi terlihat samar tidak halalnya. Tapi itu tidak boleh dan bunga yang didapat harus didonasikan. ''Di segi keuangan, halal bisa jadi terlihat abstrak,'' kata Ismail dalam forum Thailand Halal Assembly baru-baru ini.
Sastrawan Thailand Narawat Pangpaiboon mengatakan, bagi orang Asia, nasi adalah kebutuhan dasar. Di Timur, nasi dicampur bahan makanan lain untuk menciptakan satu hal baru. Sementara di Barat, makanan mereka terpisah-pisah. Makanan merefleksikan filosofi masyarakatnya. "Makanan halal tidak hanya enak, tapi juga sehat dan higienis. Seperti itulah representasi pangan aman," kata Narawat.
Menurutnya, warga Asia hanya tujuh persen dari populasi dunia. Tapi 70 persen sumber daya dunia ada di Asia, Thailand termasuk di dalamnya. Memasuki MEA, Narawat mewanti-wanti jangan sampai Thailand dieksploitasi.