Senin 28 Dec 2015 23:27 WIB

Ulama Lebak Diminta Optimalkan Dakwah Cegah Radikalisme

Pengetahuan agama Islam yang benar dapat menangkal tumbuhnya bibit radikalisme.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat/ca
Pengetahuan agama Islam yang benar dapat menangkal tumbuhnya bibit radikalisme.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ulama di Kabupaten Lebak, Banten diminta mengoptimalkan dakwah kepada masyarakat untuk mencegah paham aliran sesat, radikalisme termasuk ISIS. "Kita prihatin empat kepala keluarga anggota Gafatar yang dilarang pemerintah daerah kini menghilang tanpa pemberitahuan orang tua, tetangga hingga kerabat terdekat," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Lebak Yusuf di Lebak, Senin (28/12).

Kehadiran ulama tentu dapat mencegah paham-paham sesat, termasuk gerakan radikalisme salah satunya ISIS. Para ulama akan memberikan pencerahan-pencerahan ajaran Islam yang benar sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.

Karena itu, para ulama diminta mengoptimalkan dakwah melalui pengajian rutin maupun khutbah agar masyarakat tidak terpancing terhadap ajaran sesat. Sebab, Kabupaten Lebak kerapkali dimasuki paham sesat. Contohnya belum lama ini berkembang jamaah Balakasuto di Kecamatan Lebakgedong.

Sebelumnya, juga berkembang aliran Islam Sejati di Kecamatan Cileles. Selain itu juga terdapat simpatisan ISIS warga Kecamatan Wanasalam, meski akhirnya mereka sudah menyatakan keluar dari ISIS.

Pernyataan keluar dari ISIS itu disaksikan oleh Kapolres, Kajari dan pemuka agama. "Kami minta ulama terus mengoptimalkan dakwah agar masyarakat bisa menerima ajaran Islam yang benar," katanya.

Menurut dia, saat ini keempat kepala keluarga anggota Gafatar warga Kampung Cibungur Pasir Desa Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak merupakan korban paham aliran sesat. Dia mengatakan, bahkan, keempat kepala keluarga itu cukup menyesatkan sehingga mereka lebih baik memilih meninggalkan orangtua sendiri, kerabat dan tetangga.

Kepergian mereka akibat paham sesat yang sudah didoktri. Akibatnya mereka lupa terhadap orangtua sendiri yang membesarkanya.

Di antara keempat keluarga itu bernama Muhaemin (48), pegawai ASN di lingkungan Dinas Sumber Daya Air (SDA). Muhaemin juga bergabung dengan Halimah (40) dan Nandar (35) yang tidak lainya adik kandungnya itu. Sedangkan, Maman (45) sehari-hari sebagai penjaga SMAN 2 Rangkasbitung.

"Kami sangat prihatin adanya warga Lebak mengikuti paham sesat itu, karena mereka sudah putus dengan anggota keluarganya," katanya.

Sekertaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak KH Ahmad Khudori mengatakan pihaknya kini mengoptimalkan dakwah melalui ustad juga kiai di tingkat desa sampai kabupaten.

Bahkan, setiap pengajian kerapkali disampaikan masyarakat mewaspadai paham-paham sesat maupun radikalisme.

Untuk mencegah paham sesat itu, dia mengatakan, semua elemen diharapkan bergerak. Misalnya Bakorpakem, Polri, masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, dan lembaga pendidikan.

"Kami berharap warga tetap waspada agar tidak tertarik terhadap paham yang menyesatkan," katanya.

Sakib (85), orang tua anggota Gafatar mengaku bingung mengenai kepergian ketiga anaknya berikut 10 cucu yang tidak diketahui oleh orang tua, saudara juga tetangganya. Sebetulnya, orangtua sudah melarang keras terhadap ajaran sesat yang dianutnya anaknya itu.

"Sebagai orang tua kami berharap ketiga anak itu bisa kembali ke kampung. Jika ada kesalahan mohon dimaafkan sebesar-besarnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement