REPUBLIKA.CO.ID, Semasa kecil, Akeel Mathews, pemuda asal India, dibesarkan dengan pengetahuan Kristen Ortodoks. Akeel adalah pribadi yang percaya pada keberadaan Tuhan. Namun, seiring berjalannya waktu ia meragukan kemurnian agamanya sendiri.
Keraguannya dimulai saat Akeel bertemu dengan temannya yang beragama Islam di sekolah. Temannya tersebut menceritakan tentang kelahiran Maria yang tidak disebutkan dalam Injil namun dijelaskan dalam Alquran.
"Saya terkejut, saya percaya kepada Tuhan tetapi saya tidak yakin dengan agama saya," kata Akeel dikutip muslimcomverts.com.
Percakapan dengan temannya, menginspirasi Akeel untuk menggali lebih dalam lagi tentang agama. Ia memiliki keingintahuan yang besar mengenai kebenaran Tuhan.
Beberapa waktu kemudian saat duduk di bangku SMA, Akeel bertemu dengan seorang teman yang bisa memberikannya penjelasan lebih banyak tentang Islam. Namun, permintaan Akeel untuk mendapatkan Alquran ditolak oleh temannya tersebut karena kondisi keluarga Akeel yang tidak mendukung pemikiran Akeel tentang Islam.
Setelah lulus dari SMA, Akeel menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Kemarahan, kebencian dan ketakutan menjadi teman baiknya menjalani hari-hari. Ia pun menyalahkan Tuhan atas kesulitan yang menimpanya.
Di tengah depresi yang menimpanya, Akeel dipertemukan kembali dengan teman Muslimnya sewaktu duduk di bangku SMA. "Saya masih mencari-cari, saya tidak sepenuhnya yakin bahwa Kristen Ortodoks adalah jalan Tuhan," kata Akeel.
Setelah sekian lama, Akeel akhirnya mendapatkan salinan Alquran terjemahan dari temannya tersebut. Selain mempelajari Alquran, Akeel juga mendalami pengetahuannya tentang Injil. Kemudian ia pun meyakini bahwa hidupnya harus berada di bawah jaminan yang tepat, yaitu Islam.
"Akhirnya saya merasa mendapatkan jawaban atas keraguan saya karena Alquran," kata Akeel.
Setelah memutuskan untuk bersyahadat, Akeel mendapati hidupnya menjadi lebuh tenang. Akeel bangga dengan identitas barunya sebagai Muslim dan tidak pernah menutupinya dari siapapun.