Kamis 24 Dec 2015 11:02 WIB

Sokok Basa, Cara Warga Kampung Muslim Bali Rayakan Maulid Nabi

Pedagang pernak pernik bunga Maulid melayani pembeli di kios Pasar Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (21/12).
Foto: ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya
Pedagang pernak pernik bunga Maulid melayani pembeli di kios Pasar Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID,BULELENG -- Masyarakat Desa (kampung) Muslim di Desa Pegayaman, Kabupaten Buleleng, Bali melestarikan budaya leluhur ketika menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Salah satu tradisi khas, hanya di Pegayaman yakni 'Sokok Basa', sebuah bebantenan yang terdiri dari telur ditusuk-tusuk dan diletakkan di atas pajegan. Sebuah rangkaian bambu yang dihiasi bunga-bunga dan buah-buahan di bawahnya," kata Ketua Panitia Maulid Nabi Muhammad SAW Pegayaman, Muhammad Suharto, Kamis (24/12).

Ia menjelaskan, saat takmir masjid, kalangan warga mencabut sebutir telur dan menyerahkannya kepada pria pengantar Sokok Basa dimana penyerahan "Sokok Basa" merupakan bagian dari tradisi Maulid Basa, rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Sebutir telur yang diberikan kembali itu adalah upah bagi pengantarnya dan ada kebanggaan sendiri menyimpan telur itu di rumah warga masing-masing," katanya.

Ia memaparkan, "Sokok Basa" dibuat oleh masyarakat Pegayaman, bebas bagi yang ingin membuat tidak diwajibkan dan kali ini terdapat sekitar 20 yang terkumpul.

"Di sela penyerahan sokok, Sekaa Hadrah menari tarian silat sembari diiringi tetabuhan rebana di depan masjid. Ada lima Sekaa Hadrah di Pegayaman sesuai banjarnya," papar dia.

Sementara itu, kata Suharto, sejumlah pria berlalu-lalang sembari membawa bungkusan-bungkusan makanan untuk dikumpulkan di dalam masjid. "Bungkusan makanan yang sebelumnya dimasak ibu-ibu desa di rumah ketua adat sembari dihibur Sekaa Burdah," katanya.

Selanjutnya, kata dia, usai semua terkumpul, masyarakat melaksanakan zikir maulid di dalam masjid, ceramah keagamaan, dan setelah seluruh seremoni dilalui, telur-telur di Sokok Basa itu dibagikan bersamaan dengan makanan yang telah dimasak sebelumnya.

"Perlambangan telur itu adalah masjid, di dalamnya ada sari, Alquran dan penyangganya umat, dikokohkan dengan kebersamaan umat. Di pajegan mita, bunga basa, di bawahnya ada buah. Ini sebuah akuluturasi budaya Bali dan Pegayaman, ketika budaya Bali masuk Pegayaman jadinya seperti ini," tuturnya.

Perayaan Maulid ini telah berlangsung selama dua pekan. Tujuh Sekaa Wirid setiap malam bergantian membaca syair-syair di dalam masjid.

"Niatan kita hari ini juga untuk meselametan desa, bagaimana desa kita bisa terlepas dari bala dan selamat menjadi yang lebih baik. Masyarakat yang ada di rantau pulang semua hanya untuk ini, kesempatan bersilaturahim bersama keluarga," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement