REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, selain terkait internal umat Islam, Dzikir Nasional juga terkait konsep humanisasi, artinya dampaknya menciprat ke luar.
Bisakah aura zikir itu menembus kesadaran etika kaum Muslimin agar orang hidup dengan value atau nilai benar-salah dan baik-buruk? Benar-salah itu berjenjang dari yang paling ringan hingga paling berat. Baik-buruk lebih kepada akhlak.
"Misalnya, dalam berniaga, sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-nya, dengan selalu memerhatikan kehalalan rezeki yang diperoleh," ujarnya.
Haedar juga menyoroti fenomena medsos (media sosial) saat ini yang bisa dipakai untuk berbagai hal yang pada akhirnya merupakan kesia-siaan. Dzikir Nasional dan pemberitaan di harian Republika diharapkan bisa memandu moral masyarakat.
Haedar mengemukakan, ke luar (berbicara kepada negara-negara lain), Indonesia sering membanggakan diri sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, jumlah jamaah hajinya terbesar di dunia, bahkan untuk berangkat haji harus mengantre bertahun-tahun hingga belasan tahun.
Namun, harus diakui, fakta menunjukkan secara ekonomi, umat Islam Indonesia sangat jauh ketinggalan. "Karena itu, ke depan salah satu hal yang sangat penting dilakukan adalah mendongkrak daya saing umat," tegas Haedar.
Haedar menyebutkan, salah satu langkah memperkuat daya saing umat adalah menguatkan ekonomi masyarakat. "Selain itu, penguatan dakwah di basis akar rumput atau komunitas," ujarnya.
Dzikir Nasional 2015 akan digelar 31 Desember 2015, mulai pukul 12.30 WIB hingga lewat tengah malam. Acara tersebut akan menampilkan sejumlah ulama dan umara, antara lain, KH Ma'ruf Amin, Haedar Nashir, KH Didin Hafidhuddin, Ustaz Muhammad Arifin Ilham, Ustaz Yusuf Mansur, dan KH Tengku Zulkarnain.
Selain itu, akan tampil pula mantan Menteri Agama, KH Maftuh Basyuni, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, dan Neno Warisman.