Senin 14 Dec 2015 08:55 WIB

MAN Insan Cendekia Ajarkan Transparansi pada Siswa

Rep: c35/ Red: Andi Nur Aminah
MAN Insan Cendekia Serpong
Foto: Republika/Agung Supri
MAN Insan Cendekia Serpong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MAN Insan Cendekia (IC) disebut-sebut sebagai role model madrasah yang berhasil menunjukkan kualitas pendidikannya. Kepala Madrasah MAN IC Serpong Persahini Sidik menjelaskan madrasah asuhannya itu selalu mengajarkan transparansi terhadap para siswanya. 

Siswa MAN IC diwajibkan tinggal di asrama selama tiga tahun masa pendidikan. Tentu tidak mudah bagi para pengajar, pembina asrama dan seluruh civitas akademik madrasah untuk mengkondisikan ratusan siswa madrasah. Namun, Penny, sapaan akrab kepala MAN IC mengatakan madrasah selalu mengajarkan untuk konsisten terhadap tata tertib yang sudah disepakati. 

"Kami memiliki program pembinaan terhadap siswa, konsisten dengan tata tertib yang ada. Para siswa sudah menandatangani di awal masuk madrasah," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (13/12).

Penny mengaku mereka selalu memberi peringatan-peringatan secara rutin terhadap siswa. Mereka selalu mengulang dan mengomunikasikan kepada siswa mengenai manfaat dari setiap tata tertib yang mereka sepakati. Menurut dia, yang terpenting adalah loyalitas dan keseriusan seluruh pembina dan pengajar dalam menjalankan apa yang sudah direncanakan. 

Penny menjelaskan, MAN IC Serpong memiliki program khusus. Setiap Senin misalnya, ada pertemuan dengan pihak kurikulum, wali kelas dan tim kedisplinan untuk mengevaluasi siswa. Kemudian juga ada apel pagi di lapangan untuk mengingatkan siswa terhadap peraturan, mengecek kerapihannya, dan juga diisi dengan tausyiah mengenai kejadian yang sedang terjadi pada saat itu. Sehingga mereka tidak hanya melakukan prosesi upacara saja.

Hal itu menurut Penny untuk mengajarkan transparansi kepada anak-anak, agar mereka bisa melihat kekurangan mereka. Selain itu siswa juga diberi pembekalan oleh kesiswaan pada tausyiah Subuh. 

Kemudian pada malam hari ada pembinaan asrama. Sementara itu, setiap malam Sabtu ada pertemuan wali asrama, yang membahas apa yang dirasakan satu selama sepekan. Dengan demikian, anak bisa terbuka dan pihak madrasah mengetahui problem mereka. "Kami diamanahkan untuk membentuk anak memiliki kemampuan di bidang iptek dan imtaq secara seimbang," ujarnya.

Tidak hanya itu, jika siswa ada masalah akademik maka gurunya akan turun tangan langsung memberi pelajaran tambahan, baik saat malam hari atau kapanpun saat dibutuhkan, yang bersifat informal. Mereka memiliki pendekatan khusus ke anak-anak sehingga mereka tidak segan dan mau diajak berdiskusi. Seringkali mereka menyebutnya sebagai klinik.

Penny menjelaskan, dalam klinik itu anak-anak digali apa problem mereka, bagian mana yang masih belum dimengerti. Klinik merupakan kebutuhan siswa. Guru pun akan  mengumumkan siapa saja yang masuk kategori kurang mencapai target kompetensi mata pelajaran tertentu. 

Namun setelah itu semuanya tergantung siswa. "Kalau memang merasa membutuhkan mereka akan datang ke guru yang bersangkutan untuk minta dibimbing lagi. Tapi ada pula yang lebih nyaman minta diajari temannya," katanya. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement