Ahad 13 Dec 2015 17:57 WIB

Muhammadiyah tak Mandek Hadapi Perubahan Zaman

Rep: Edy Setyoko/ Red: Agung Sasongko
Muhammadiyah
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --  Amal shaleh yang dilakukan Muhammadiyah, merupakan amal yang bersih. Amal usaha yang dilakukan Majelis MPK atau Majelis Pendidikan, tak sekedar menumpuk harta, Tapi, semua yang dikumpulkan dipertangung-jawabkan asal, dan pengunaannya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nashir menegaskan, persyarikatan Muhammadiyah tumbuh besar dan berkembang pesat karena berperan dalam kehidupan umat dan berbangsa. Dalam perjalanan dari waktu ke waktu, Muhammadiyah selalu care atau peduli terhadap terhadap masyarakat.

"Malah, dalam perkemangan zaman, Muhammadiyah juga melahirkan seorang tokoh reformasi. Persoalan dalam perjalanan bangsa tokoh tersebut kurang selaras dengan perjuangan Muhammadiyah, perlu diluruskan. Ini hanya persoalan salah berfikir dan salah bertindak pelakunya," paparnya, Ahad (13/12).

(Baca: Muhammadiyah Revitalisasi Gerakan Dakwah)

Muhammadiyah juga cermat dalam perikehidupan ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Kader Muhammadiyah ditanamkan akrab dengan lingkungan. Sehingga insan Muhammadiyah dituntut berdakwah ditengah masyarakat yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dan, kadernya berperan dalam kehidupan.

Haidar menyeru terhadap kader Muhammadiyah yang senantiasa mengobarkan semangat perubahan. Insan Muhammadiyah terus berbuat, tidak mande dalam menghadapi situasi baru. Di sini, gerakan yang dilakukan bergerak untuk lebih maju. Kalau ini yang dilakukan, berarti membawa spirit berkemajuan dalam peradaban manusia.

Lantaran peran seperti itulah, lanjut Haidar, Muhammadiyah sebagai kelompok masyarakat yang terpelajar, intelektual sejajar jika disandingkan dengan orang Barat. Memang, secara fisik kalah ukurannya. Tapi, secara pikiran, intelektual, tidak kalah. Sehingga mempunyai daya saing sama.

(Baca Juga: Muhammadiyah Paling Siap Hadapi Perubahan Zaman)

Pemikiran demikian sudah dirintis pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Ia mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Omat), sekarang menjadi Majelis PKU (Pembinaan Kesejahteraan Umat). Di sini, Muhammdiyah mempelajari kesehatan. Di sini sudah dilakukan pendidikan inklusi tanpa memandang perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan).

Berkat apa yang dilakukan Muhammadiyah, Haidar berharap, organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan, sebagai pencerah. Spirit perubahan yang menjadikan Islam rahmat bagi sekalian alam. "Dan, gerakan spiritual Islam sehingga mampu melawan pola kehidupan yang bercermin pada pikiran hedonisme, materialisme, sekulerisme. Di sini, Islam cerminan Muhammadiyah bakal memberi alternatif jawaban," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement