REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Halal Business Food and Fashion Expo 2015 yang digelar 4-6 Desember 2015 bertujuan mendorong pengembangan industri halal di Indonesia.
Ketua Penyelenggara, Rifda Ammarina mengatakan, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, pengembangan industri halal terlambat dan baru mulai berkembang sekarang. "Pengembangan industri halal kita terlambat, keadaannya jauh misalnya dibanding Malaysia. Banyak yang tidak tahu membedakan makanan halal tidak," ujar Rifda Ammarina.
Jumlah Muslim di dunia kini, tutur dia, sebesar 1,7 miliar dan perkembangannya cepat sehingga potensi bisnis halal sangat besar. Malaysia, kata dia, sudah menanggapi potensi tersebut terlebih duahulu dengan mengembangkan produk dan bisnis halal.
"Destinasi pariwisata muslim 6,7 juta wisatawan masuk Malaysia, Indonesia baru kurang dari dua juta. Dilihat dari perbankan saja syariah di Malaysia menguasai pasar sudah 21 persen, kita baru empat persen," kata dia.
Menurut Rifda, pelaku industri di Indonesia belum melihat urusan halal sebagai potensi bisnis besar karena berpendapat sebagai negara dengan mayoritas muslim, semua hal sudah terjamin kehalalannya. Untuk itu, melalui pameran yang digelar di JCC Senayan, Jakarta, tersebut ia menghadirkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang telah berkecimpung dalam bisnis halal untuk memberikan inspirasi kepada UKM lainnya.
Terakhir, ia juga mengimbau pelaku usaha besar memberi perhatian lebih kepada UKM dan membina dalam industri halal agar industri tersebut terus berkembang di Tanah Air. Dengan tujuan mendorong dan memperkenalkan industri tersebut ke khalayak luas, Rifda tidak memasang target omzet dan pengunjung selama acara digelar.