Rabu 25 Nov 2015 19:45 WIB

Baca Peta Jalan Menuju Hidup Bahagia

Berbuat baik pada orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia dalam diri penolong.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketiga, cita-cita yang luhur dan mulia. Hidup bahagia harus dilandasi cita-cita yang tinggi dan luhur sehingga terpacu dan termotivasi untuk semangat meraihnya dengan mengerahkan segala tenaga dan pemikiran. Muslim yang baik hidupnya senantiasa dijalani dengan penuh perjuangan meraih cita-cita mulia, tidak dengan kemalasan dan menggantungkan diri kepada orang lain.

"Janganlah engkau menjadi beban bagi orang lain." (HR At-Thabarani).

Keempat, pengendalian syahwat dan penyucian diri dari sifat-sifat tercela. Dalam diri manusia terdapat potensi negatif seperti "syahwat" menjadi kaya, "syahwat menjabat", "syahwat menguasai", dan sebagainya. Dalam diri manusia juga terdapat potensi untuk iri hati, dengki, riya, ujub, rakus, dan sebagainya.

Orang yang bahagia adalah orang terbebas dari syahwat dan sifat-sifat tercela sebab jika terjajah oleh sifat-sifat buruk ini, hidupnya selalu menderita, tidak pernah memperoleh kedamaian hati.

Kelima, berada dalam lingkungan yang baik. "Ada empat yang menyebabkan manusia hidup bahagia: istri/suami yang saleh, anak-anak yang berbakti, lingkungan pergaulan yang baik, dan rezeki yang diperoleh di negeri sendiri." (HR Ad-Dailami).

Meraih hidup bahagia harus dimulai dari kesucian hati masing-masing individu dalam hidup rumah tangga. Kekayaan materi tidak menjadi jaminan hidup bahagia. Yang sangat menentukan hidup bahagia adalah kekayaan hati.

Ikhlas, taat, cinta kepada Allah dan Rasul, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, selalu berdzikir kepada-Nya di waktu senang maupun di saat dukacita. Kekayaan hatilah yang membuat hidup ini bahagia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement