Kamis 05 Nov 2015 08:00 WIB

Jamaah Calon Haji Malah Sembuh di Tanah Suci?

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Indah Wulandari
Jeddah menyediakan mobil golf untuk mengantarkan jamaah haji yang tua, sakit dan risiko tinggi. Jamaah diantar dari pintu keluar imigrasi hingga area Plaza (tempat transit jamaah sebelum diberangkatkan ke Madinah atau Makkah. (Republika/Zaky Alhamzah)
Foto: Republika/Zaky Alhamzah
Jeddah menyediakan mobil golf untuk mengantarkan jamaah haji yang tua, sakit dan risiko tinggi. Jamaah diantar dari pintu keluar imigrasi hingga area Plaza (tempat transit jamaah sebelum diberangkatkan ke Madinah atau Makkah. (Republika/Zaky Alhamzah)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kurdi Mustofa mengurai  pengalaman sebagian calon jamaah haji risiko tinggi (risti) yang justru malah sehat ketika menyambangi Tanah Suci.

Kemungkinan lantaran sudah berobat kemanapun namun tidak sembuh-sembuh, maka jamaah risti tinggal memiliki satu keyakinan untuk bertobat di Multazam dan Raudhah.

"Ternyata banyak terbukti (jamaah risti sembuh)," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (5/11).

Kurdi meminta penundaan keberangkataan calon jamaah risti hanya didasari alasan agar beban petugas haji lebih ringan. Menurut dia, itu bukanlah jalan keluar. Langkah terbaiknya, kata dia, adalah dengan didampinginya jamaah risti oleh keluarga.

"Tambah tenaga medis baik di kloter maupun nonkloter. Saat ini rasio petugas dan jumlah jamaah tidak sebanding," ujarnya.

Idealnya, ujar Kurdi, ketua rombongan pun bisa juga dijadikan petugas haji, bukan justru jamaah yang diberi tugas dengan imbalan real.

Dia berharap, pemerintah meningkatkan kualitas obat. Lantaran kondisi di Arab Saudi berbeda dengan Indonesia.

"Saudi gersang di cuaca panas, namun saat musim dingin, suhunya menjadi sangat dingin sekali dan kelembapan minim. Kalau diberi obat ala Indonesia nggak mempan, apalagi generik," jelas Kurdi.

Menurut dia, kalangan jamaah sudah sangat maklum dari dulu hingga kini jika berobat ke balai kesehatan Indonesia,  sakit apa pun itu, selalu saja diberi obat merah putih.

"Para jamaah sering berseloroh seperti itu, jadinya kualitas obat juga perlu ditingkatkan," kata Kurdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement