REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada dua tantangan yang dihadapi Indonesia menjadi destinasi favorit wisatawan Muslim. Yakni, kepedulian masyarakat dan dukungan pemerintah.
"Kalau ingin menyediakan wisata halal tentu pemerintah harus turun tangan dan masyarakat pun harus peduli," ujar pengamat produk halal Anton Apriantono ketika dihubungi ROL, Senin (26/10).
Anton menjelaskan, saat ini kepedulian masyarakat pada kehalalan masih kurang. Misalnya, produk-produk makanan dengan merk besar yang belum dapat sertifikat halal tetap diserbu oleh masyarakat. Selain itu, peredaran minuman keras yang masih mudah ditemui seperti di tempat hiburan, hotel, dan restoran.
Terkait dukungan pemerintah, Anton menyarankan pemerintah dapat membuat penetapan daerah halal yang betul-betul terjamin kehalalannya. Sementara daerah lain yang belum tersertifikasi halal, dapat dibimbing oleh pemerintah.
Ia menyebut Lombok kini sudah mendapat apresiasi menjadi destinasi wisata halal yang baik. Hal itu, ujarnya, harus memicu pembenahan total. "Tidak boleh ada lagi yang menjual minuman keras, misalnya. Kalau pun tidak bisa semuanya paling tidak ada zona-zona tertentu yang memang terbebas dari minuman atau makanan haram. Semua sudah mendapat pemeriksaan kehalalan dan itu harus dibantu oleh pemerintah," ujarnya.
Kemenangan Indonesia dalam tiga kategori di ajang World Halal Travel Awards 2015 dinilai Anton dapat menjadi pemicu meningkatnya semangat wisata halal Indonesia. "Tentu (kemenangan) itu harusnya bisa menjadi pendorong," ujar Anton.