Ahad 25 Oct 2015 22:31 WIB

Al Hayawan, Karya Besar Ensiklopedia Zoologi

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Ensiklopedia (ilustrasi)
Foto: Alamy
Ensiklopedia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al Jahiz memulai kariernya sebagai penulis saat masih tinggal di Basra. Dia menulis sebuah esai tentang lembaga kekhalifahan yang mendapat sambutan baik dari penguasa di Baghdad. Pada 816, ia memutuskan hijrah ke Baghdad. Tujuan utamanya adalah untuk menyambangi Bait al-Hikmah, sebuah pusat studi dan keilmuan terbesar di dunia saat itu. Di tempat itulah, ia berusaha mengembangkan kemampuannya.

Di ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ini, Al Jahiz mendapatkan kesempatan sangat luas untuk mengembangkan ilmu dan kariernya sebagai penulis berbagai bidang pengetahuan. Ia sangat gembira karena aktivitas dalam bidang keilmuan didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Berbagai fasilitas pun diberikan padanya.

Pemimpin Dinasti Abbasiyah kala itu, yakni Khalifah Al Makmun, sangat tertarik dengan Al Jahiz karena intelektualitasnya. Berangkat dari ketertarikannya itu, Al Makmun suatu kali mengundang Al Jahiz ke istana untuk mengajar putranya. Namun belakangan, Al Jahiz urung mengajar sang putra Khalifah. Rupanya, putra Al Makmun takut dengan tatapan mata bulat sang calon gurunya. Dari sinilah, sang ilmuwan mendapat julukan Al Jahiz yang berarti si mata melotot.

Sepanjang kariernya, ia telah menulis lebih dari 200 buku. Sayangnya, perjalanan sejarah telah membuat banyak dari karya-karya emas itu hilang tak tentu rimbanya. Dari sekitar 200 buku, hanya sekitar 30 buku yang berhasil diselamatkan. Beberapa bukunya, antara lain, The Art of Keeping One's Mouth Shut, Against Civil Servants, Arab Food, In Praise of Merchants,  Levity and Seriousness, dan kitab al Hayawan atau Book of Animals yang merupakan karya terpenting Al Jahiz.

Beruntung, al Hayawan merupakan salah satu dari 30 buku Al Jahiz yang masih bisa dibaca hingga saat ini. Sayangnya, hanya 87 lembar dari kitab al Hayawan yang berhasil diselamatkan. Jumlah itu kira-kira hanya sepertiga dari naskah aslinya. Kini, 87 lembar kitab al Hayawan disimpan di Perpustakaan Ambrosiana, Milan, Italia. Kitab yang memuat lebih dari 30 ilustrasi ini merupakan salinan asli yang berasal dari abad ke-14. Pemilik terakhir kitab ini adalah 'Abdul Rahman al-Maghribi yang hidup pada sekitar tahun 1615.

 

(Baca Juga: Al Jaiz, Ahli Zoologi Islam Pertama)

Terdiri dari tujuh volume, al Hayawan merupakan sebuah ensiklopedia zoologi. Di dalamnya, Al Jahiz menjelaskan secara cukup detail lebih dari 350 jenis binatang. Pada buku yang sama, ia juga mengulas tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi hewan.

Dalam buku ini, Al Jahiz secara khusus menguraikan teori evolusinya secara komprehensif. Teori itu didasarkan pada pengaruh lingkungan terhadap binatang. Ia secara gamblang menjelaskan pengaruh iklim dan pola makan terhadap manusia, tumbuhan, dan hewan dari daerah yang berbeda.

Diterangkan pula soal komunikasi hewan serta tingkat kecerdasan beberapa spesies hewan dan serangga. Ia, misalnya, menjelaskan tentang organisasi sosial semut. Penjelasan itu didasarkan atas pengamatannya sendiri. 

Mencermati kitab itu, tak berlebihan jika para sejarawan sains memuji al Hayawan sebagai karya besar dan terpenting yang telah disumbangkan Al Jahiz bagi peradaban manusia.

Setelah lebih dari setengah abad berkilau di Baghdad sebagai seorang ilmuwan dan penulis kenamaan, Al Jahiz pun kembali ke Basra, kota kelahirannya. Ia tutup usia pada tahun 869 dalam usia 93 tahun. Sejauh ini, tak ada kepastian mengenai sebab musabab kematiannya. Salah satu versi menyebut, ia berpulang setelah mengalami kecelakaan, yakni tertimbun buku-buku di perpustakaan pribadinya. Versi lain menyebut, ia wafat karena sakit.  Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement