Sabtu 24 Oct 2015 07:11 WIB

Memperingati Asyura Tanpa Memukul Badan

Rep: c 34/ Red: Indah Wulandari
Asyura
Asyura

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Pimpinan Yayasan Majelis Khair Habib Husin Mulachela mengatakan, peringatan Asyura tak perlu anarkis. Sayangnya, peringatan 10 Muharram tersebut terlanjur identik dengan perilaku salah satu golongan yang memukul-mukul dan menyakiti diri sendiri.

"Memperingati dengan memukul dan merusak badan justru dilarang," ungkap Habib Husin kepada Republika.co.id, Jumat (23/10).

Ia menyebutkan, Hari Asyura telah disebut Allah dalam berbagai ayat. Salah satunya, dalam QS Al Fajr.

Pada 10 hari awal di Bulan Muharram, baik yang genap maupun yang ganjil, Allah telah memuliakan banyak kaum. Kaum Ad, Tsamud, hingga Firaun telah dimuliakan, namun mereka justru menyakiti sesama dan melakukan hal-hal zalim.

"Akhirnya Allah mematikan mereka tapi bekas peninggalannya masih dapat dilihat manusia hingga kini sebagai pengingat azab," ujarnya.

Selain itu, kata Habib Husin, ujian yang dicobakan kepada para Nabi juga diselesaikan pada 10 Muharram. Nabi Adam AS dipertemukan dengan Siti Hawa, bahtera Nuh berlabuh, Musa mengalahkan Firaun, dan lain-lain.

"Pernah suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke sebuah desa di Madinah dan mendapati penduduknya berpuasa. Setelah tahu alasannya, Rasulullah memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa dua hari, pada tanggal 9 dan 10 Muharram," tuturnya.

Ia mengungkap, umat dapat memeringati dengan cara berdoa "Hasbunallah wa ni'mal wakil". Dengan demikian, manusia menyerahkan segalanya kepada Allah dan berdoa agar terhindar dari fitnah dan segala yang mencelakakan.

Dalam peringatan Asyura yang dihelat Yayasan Majelis Khair, Habib Husin memimpin pembacaan doa Asyura yang diikuti lebih dari 500 orang di Masjid Ar Riyadh. Sejak pagi, beragam kegiatan sosial seperti santunan anak yatim dan dhuafa, khitanan massal, dan berbuka puasa bersama juga telah dilaksanakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement