Kamis 22 Oct 2015 18:08 WIB

Jadikan Tradisi Pesantren Ruh di Sekolah dan Perguruan Tinggi

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah santri mengikuti gerak jalan dengan memakai pakaian khas pesantren saat acara Festival santri di Ruang Terbuka Hijau Maron, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (27/9).
Foto: ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya
Sejumlah santri mengikuti gerak jalan dengan memakai pakaian khas pesantren saat acara Festival santri di Ruang Terbuka Hijau Maron, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pengasuh Pesantren Mahasiswa DKM Al Muhajirin Cipaku Bandung, Cecep Darmawan mengungkapkan sekolah dan perguruan tinggi pada hakikatnya merupakan pesantren. Sebab institusi tersebut mendidik insan untuk menjadi ilmuwan dan cendekiawan ulil albab. Oleh karena itu, tradisi pesantren mestinya menjadi ruh bagi institusi pendidikan formal.

“Tradisi pesantren alias pesantrian mestinya menjadi ruh bagi institusi pendidikan formal dalam mengelola manajemen pembelajaran pendidikannya dan bagaimana pola asuh guru dan dosen dengan siswa seperti kiyai dan santri,” ujarnya Kamis (22/10).

Ia menuturkan, keteladanan menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan. Namun, saat ini kondisi pendididkn formal telah tergerus nilai-nilai materialisme dan pragmatisme. Sehingga tujuan pendidikan hanya sebatas kertas ijasah, kalkulasi nilai atau IPK.

“Orientasinya hasil bukan proses. institusi pendidikan layaknya pabrik-pabrik yang rapuh,” katanya.

Menurutnya, berdasarkan teori Ivan Illich yang menyebut insitusi formal pendidikan sebagai institusi yang memenjarakan siswa. Maka  dari itu pendidikan formal mesti bercermin kepada model pendidikan  psantren yang berbasis tarbiyah Islamiyah.  

Di pesantren, dia menyebutkan, dengan penuh keikhlasan, seorang kiai mau mengajar tanpa digaji, honor maupun renumerasi. "Semua dilakukan dengan mengharap ridha Allah SWT,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement