REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf meminta pesantren meningkatkan kualitas dalam menghadapi tantangan masa depan. Hal itu merupakan langkah konkret dalam menyikapi seruan jihad dan momentum Hari Santri Nasional (HSN).
"Dulu jihad bermakna perang. Kini dengan perubahan tantangan maka jihad berada dalam berbagai aspek," ujar Kiai Slamet kepada ROL, Selasa (20/10).
Dia menjelaskan terdapat jihad dalam melawan kemiskinan. Menurutnya, pesantren perlu mendorong pembangunan ekonomi atau bahkan membangun bisnis besar.
Jihad selanjutnya yakni berupaya membangun pesantren menjadi lebih besar, berkualitas, dan modern. Pesantren juga perlu berjihad melawan keterbelakangan. Mendidik masyarakat harus memperhatikan tantangan masa depan. Larena itu, pesantren hendaknya memperhatikan tantangan tersebut.
Kiai Slamet mengatakan, pimpinan pesantren harus menyulut semangat jihad dalam konteks kekinian itu. Dengan deklarasi HSN, artinya negara sudah mengakui bahwa santri adalah bagian tak terpisahkan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Kiai Slamet mengatakan, sesuai amanat konstitusi, pemerintah wajib memberikan anggaran minimal 20 persen untuk pendidikan. Artinya, itu tidak hanya untuk sekolah tapi juga pesantren maupun madrasah. "Santri juga harus mendapat perhatian yang sama. Santri harus dimajukan, dicerdaskan, dan dibangun kesejahteraannya," ujar Kiai Slamet.