REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam lawatan di Turki berkesempatan mengunjungi Pesantren Sulaimaniyah di Kota Istanbul serta memberikan motivasi kepada ratusan santri asal Indonesia yang belajar di pesantren tersebut.
Informasi dari Kemenag di Jakarta, Senin (19/10) menyebutkan, kunjungan Menag ke Pesantren Sulaimaniyah dilakukan pada 13 Oktober 2015 setelah ia mempromosikan model pendidikan pesantren dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi "Asia and Pasific Countries Muslim Religious Leaders" di Istanbul.
Di asrama pesantren berlantai delapan yang mirip hotel bintang tiga itu Menag yang didampingi pejabat Konjen RI di Istanbul Harlan H Hakim, Kasubdit Pendidikan Diniyah Ahmad Zayadi, dan Sekretaris Menag Khoirul Huda Basyir disambut pimpinan pesantren dan para santri asal Indonesia.
Pada kesempatan itu Menag menyuntikkan motivasi dan semangat kepada lebih dari 200 santri tahfidz asal Indonesia di pesantren tersebut. Sebagian besar santri adalah lulusan MTs/SMP dan ada juga lulusan SMK, bahkan sarjana lulusan Universitas Indonesia serta seorang anak usia 12 tahun asal Depok Jawa Barat.
"Saya ingin mengajak saudara untuk bersyukur terhadap apa yang kita sedang jalani. Ingatlah, begitu banyak saudara kita di tanah air yang memiliki keinginan sama untuk mengenyam pendidikan di Turki, tapi tidak semua bisa mendapatkan kesempatan, apalagi Turki adalah bangsa besar yang punya peradaban panjang," kata Menag.
Cara mensyukuri nikmat itu, menurut dia adalah dengan belajar sebaik-baiknya agar bisa cepat menyelesaikan pendidikan dan kembali ke tanah air serta mampu menyebarkan ilmu yang sudah didapatkan di Pesantren Sulaimaniyah.
Menurut catatan Kemenag, saat ini terdapat lebih dari 200 santri tahfidz asal Indonesia yang belajar di pesantren itu. Mereka adalah penerima Program Beasiswa Tahfidz Al-Quran (PBTQ) hasil kerjasama Ditjen Pendidikan Islam Kemenag dengan United Islamic Culture Centre of Indonesia (UICCI) selaku pengelola pesantren Sulaimaniyah.
Pesantren tersebut memiliki ratusan cabang di berbagai negara, termasuk belasan di Indonesia. Kerjasama Ditjen Pendidikan Islam dan UICCI itu sendiri dimulai sejak 2010 selama empat tahun dan diperpanjang pada 2014 untuk empat tahun berikutnya.
Program tersebut bertujuan menghasilkan santri hafal Al-Quran 30 juz yang juga memiliki kemampuan bidang kajian ilmu-ilmu Islam berbasis kitab kuning serta kemampuan berbahasa Arab dan Turki.
Seleksi beasiswa dilakukan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren secara serempak pada 18 provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan DKI Jakarta.
Para santri mengikuti pendidikan dua tahun di beberapa cabang Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia, kemudian diseleksi untuk mengikuti pendidikan tiga tahun di Turki. Pemerintah Indonesia memberi tiket dan uang saku. Selebihnya berupa biaya pendidikan, akomodasi, dan biaya lainnya ditanggung Pesantren Sulaimaniyah,
Alumni PBTQ saat ini tercatat 45 santri.
Mereka mengabdi di beberapa pesantren tahfidz di Indonesia dan di luar negeri. Di dalam negeri, mereka tersebar di Klaten, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Lumajang, Temanggung, Puncak-Bogor, Aceh, Palembang, Ciputat (Tangsel), Sumenep, Kalimantan, dan Medan.