REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama berencana mencetak Alquran braille yang diperuntukan bagi Muslim tuna netra di Indonesia.
Dirjen Bimbingan masyarakat Islam Kementerian Agama, Machasin, mengatakan program ini tidak dapat direalisasikan tahun ini karena waktu persiapan yang kurang.
"Tahun ini dari kita (kemenag) belum siap dan dari perusahaan percetakan juga belum siap. Mudah-mudahan tahun depan bisa terwujud," ujar Machasin saat ditemui di gedung parlemen saat mengadakan raker dengan DPR, Rabu (9/9).
Ia menjelaskan, tahun ini Kemenag berusaha mencetak Alquran Braille. Namun karena harus melalui sistem tender maka harus ada peraturan yang dipersiapkan. Salah satunya peraturan presiden. Ini, dikarenakan sistem tender melibatkan perusahaan percetakan swasta.
Untuk saat ini para penyandang tuna netra dapat menggunakan Alquran bantuan Pemerintahan Arab Saudi. Yakni Alquran yang dapat mengeluarkan suara lantunan ayat suci ketika diraba. Namun bukan Alquran Braille.
Ia masih belum mengetahui akan mencetak berapa banyak Alquran Braille. Hal ini akan disesuaikan dengan kebutuhan. Nantinya Alquran Braille dibagikan secara gratis. Program perencanaan Alquran Braille ini masuk dalam Rancangan anggaran pengadaan kitab suci. Marniati