Jumat 04 Sep 2015 10:00 WIB

Filosofi Berkurban dalam Berumah Tangga

Pekerja menaikkan sapi ke atas truk untuk dikirim ke Tasikmalaya, di Pasar Kepo, Pamekasan, Jatim, Selasa (1/9).
Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Pekerja menaikkan sapi ke atas truk untuk dikirim ke Tasikmalaya, di Pasar Kepo, Pamekasan, Jatim, Selasa (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menyembelih hewan kurban saat 10 Dzulhijjah nanti ternyata menyimpan nilai filosofi dalam berumah tangga.

“Filosofi berkurban sangat terkait dengan rumah tangga. Yakni, mencerminkan etapa hebatnya cinta Nabi Ibrahim AS kepada anaknya Nabi Ismail AS,” tutur pimpinan Ar-Rahman Qur'anic Learning (AQL) Islamic Center Ustaz Bachtiar Nasir, Jumat (4/9).

Ustaz Bachtiar juga melihat kesabaran Ismail mengorbankan cintanya kepada sang ayah dengan merelakan diri untuk disembelih, namun Allah menggantikan dengan seekor kibas (domba).

"Kita nih kadang melihat anak sakit, kita juga ikut sakit. Tapi, kita tidak pernah pikirkan bagaimana sakitnya anak di akhirat kelak jika hidup tanpa tauhid. Luka iman yang membuat anak-anak ditempatkan di neraka kelak juga harus dipikirkan," katanya.

Maka, Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar mendekatkan diri dengan menyembelih hewan kurban agar meneladani hubungan antara Ibrahim dan Ismail dalam keluarga. Seperti yang disebutkan dalam Alquran Surah Al-Hajj ayat 34-35.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement