REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara merekomendasikan untuk mendatangkan ulama yang bisa memberi masukan tentang pemikiran Islam yang modern dan santun. Hal tersebut diyakini mampu mencegah arus radikal.
"Untuk menghindari aliran dan arus radikalisme dan terorisme harus diantisipasi dengan pertemuan dai dan mendatangkan ulama yang bisa memberikan masukan dengan pikiran modern dan santun dalam berdakwah," ujar Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara Dr. Muh. Zaitun Rasmin pada acara penutupan Pertemuan Ilmiah Internasional Ulama dan Dai Asia Tenggara di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (11/8).
Rokemendasi yang paling mendasar, yakni mengoptimalkan peranan Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara sebagai payung koordinasi di antara para ulama, dai, serta aktivis di dunia pendidikan dan dakwah.
Hal tersebut dapat tercermin dengan mengedepankan sikap saling mencintai, menasihati, tolong menolong di antara sesama umat manusia.
"Kami sudah bekerja untuk Tolikara dengan memberikan dan menyampaikan persoalan ini dengan Kapolri, Menteri Agama dan pihak lainnya, selanjutnya proses perdamaian dengan mengawal pembangunan masjid dan menyelenggaran kurban 30 sapi nanti Idul Adha untuk seluruh masyarakat Tolikara," ujar Zaitun.
Ia menjelaskan, hasil dari Pertemuan Ilmiah Internasional Ulama dan Dai Asia Tenggara diselenggarakan pada tanggal 8-11 Agustus di Lembang, Jawa Barat disusun oleh 230 peserta berasal dari seluruh provinsi Indonesia dan beberapa perwakilan negara di Asia Tenggara.