REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI -- Negara-negara Kawasan Teluk (GCC) memberi kesempatan bankir perempuan untuk berperan di industri keuangan. Sebab, industri perbankan kiri mulai melirik wanita sebagai segmen pasar mereka.
Ini terlihat dari langkah Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) membuka peluang bagi 40 bankir perempuan untuk mengembangkan karir mereka di sana.
''Kami ingin memastikan ADIB memberi peluang karir yang baik dengan pelatihan. Dulu para wanita terlupakan, kini mereka di bawah sorotan,'' kata CEO ADIB Tirad Mahmoud seperti dikutip Business Day Live beberapa waktu lalu.
Enam negara GCC terlihat makin terbuka atas peran perempuan dalam industri keuangan. Lembaga riset PwC menyampaikan, GCC sadar, dengan meningkatnya nasabah perempuan, bankir perempuan pun kian dibutuhkan.
Kuwait Finance Center memprediksi, pendapatan rata-rata wanita di GCC tumbuh 15 persen menjadi sekitar 258 miliar dolar AS hingga 2023.
''Tentu peluangnya sangat terbuka. Ini soal prioritas. Bank-bank Islam mulai fokus membidik segmen wanita,'' kata Kepala Divisi Keuangan Islam PwC Ashruff Jamall.
Jumlah pengangguran perempuan di GCC lima kali lebih tinggi dari laki-laki. Sementara, hanya satu persen pula perempuan yang menduduki posisi eksekutif tinggi.
Di negara seperti Arab Saudi, ada larangan bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam satu lingkungan kerja.
Sementara, perempuan mendominasi jumlah mahasiswa. Hanya 21 persen dari mereka yang berperan di lapangan kerja, itu pun mayoritas di sektor kesehatan dan pendidikan.
Di beberapa negara Muslim lain, karier perempuan nampak bersinar di industri keuangan. Di Malaysia, dua dari 16 bank Islam dipimpin perempuan dan tiga dari 11 anggota Dewan Penasihat Syariah BNM juga perempuan.