REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Mathla'ul Anwar (MA) menyelaraskan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). MA, kata dia, memiliki modal sosial dan kultural yang didukung penuh oleh pondok pesantren, sangat potensial untuk mencegak generasi Islam yang intelektual, tidak hanya menguasai bidang keagamaan tapi juga iptek.
Ormas yang didirikan 100 tahun lalu oleh para tokoh masyarakat dan alim ulama diantaranya KH Mas Abdurahman itu, kata dia, juga diharapkan mampu menjadi poros yang menjaga moral dan tradisi hidup masyarakat yang religius, santun dan bermartabat yang merupakan ciri dari Umat Islam Indonesia.
"Waktu Konferensi Asia-Afrika, saya bertemu dengan para kepala negara dari Timur Tengah, termasuk dari Arab dan mereka sangat kagum dengan kehidupan umat Islam di Indonesia," katanya pada pembukaan Muktamar ke XIX dan Milad ke-100 MA di Alun-alun Kabupaten Pandeglang, Sabtu (8/8).
Penilaian para kepala negara itu, kata dia, umat Islam di Indonesia dalam menjalankan kehidupannya santun, memiliki tatakrama, berbudi pekerti dan baik, dan ini harus terus dipertahankan.
"Umat Islam Indonesia bukan yang sering demo, marah ataupun melotot, tapi yang sopan, memiliki tata krama, berbudi pekerti serta baik dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dan ini dilihat oleh negara Islam lain, terutama di kawasan Timur Tengah," katanya.
Presiden mengharapkan, MA dapat mencetak generasi Islam yang seperti itu. Selama ini menghargai kebhinnekaan dan itu perlu terus dikembangkan guna mewujudkan model Islam yang rahmatan lil alamin. Menurut dia, nilai-nilai Islam yang moderat, menghormati kebhinnekaan perlu terus dikembangkan untuk mencegah adanya radikalisme yang mengatasnamakan agama.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar KH Sadeli Karim menyatakan hubungan Mathla'ul Anwar (MA) dengan pemerintah akan tetap berjalan baik. Kalau pemerintah baik dan benar, maka MA akan berada di depan untuk mendukung pemerintah dalam bingkai NKRI.