Kamis 06 Aug 2015 15:01 WIB
Muktamar Muhammadiyah

Dijagokan, Pasutri Ini Berpotensi Ukir Sejarah di Muktamar Muhammadiyah

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Indah Wulandari
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: Republika/Agung Supri
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah di Makassar, Sulawesi Selatan berpotensi menghasilkan pasangan suami istri menjadi tandem pimpinan dua persyarikatan tersebut.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjadi kandidat kuat Ketua Umum setelah meraih suara terbanyak dalam muktamar. Sementara itu, istrinya yang juga petahana Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini juga menjadi kandidat kuat untuk memimpin organisasi otonom Muhammadiyah itu.

"Itu memungkinkan dan tidak ada masalah," kata Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, Kamis (6/8).

Dadang mengatakan, hal itu justru akan mengembalikan sejarah yang pernah terjadi hampir seabad lalu. Pada 1921-1922, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan memimpin persyarikatan berdampingan dengan istrinya Siti Walidah yang jadi Ketua Umum Aisyiyah.

Dadang mengaku tidak ada masalah dalam aturan organisasi terkait hal itu. "Itu terjadi secara fair di luar kehendak mereka masing-masing.

Saat ini, 13 anggota PP Muhammadiyah masih akan menunggu pengesahan dari muktamirin. Setelah itu, maka akan ditentukan Ketua Umum dari  salah satu anggota PP.

Sementara itu, Aisyiyah masih menggelar pemungutan suara di Balai Prajurit M Jusuf, Makassar, Sulsel. Proses itu dijadwalkan akan selesai pada sore nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement