Rabu 05 Aug 2015 20:09 WIB
Muktamar NU

Profil Anggota Ahwa: Tuan Guru Turmuzi Pewaris Tradisi Santri Sasak

 Tuan Guru Muhammad Turmuzi Badruddin berjubah putih
Foto: HTI
Tuan Guru Muhammad Turmuzi Badruddin berjubah putih

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tuan Guru Muhammad Turmuzi Badruddin lahir pada tahun 1937 di Desa Bagu, Pringgarata, Lombok Tengah, NTB. Turmudzi kecil dilahirkan dari lingkungan keluarga bangsawan.

Keluarga Turmuzi dikenal sebagai keluarga santri. Sebagaimana penuturan Turmudzi, datuknya pernah merintis pengajaran kitab kuning di Bagu Dasan. Tentu saja ini tidak merupakan pertanda bahwa benih-benih atau akar-akar pemunculan sebuah pesantren di Desa Bagu sudah tergambar sebelumnya.

Pengajaran kitab kuning yang dilakukan oleh datuknya saat itu belum terkoordinir dengan rapi dan sistematis sehingga ketika datuknya wafat, maka aktivitas pembelajaran kitab kuning pun berhenti begitu saja. Turmudzi diandalkan untuk mewarisi tradisi keagamaan di Bagu.

Semenjak pulang dari Makkah, aktivitas TGH. Turmuzi cukup padat mulai dari aktivitas pendidikan, dakwah dan  sosial kemasyarakatan lainnya.

Sudah jamak bahwa  dalam pandangan masyarakat Sasak, seseorang yang berhak menyandang gelar Tuan Guru adalah orang yang pernah menimba ilmu dan menetap (mukim) di Makkah dalam waktu yang cukup lama dan dianggap menguasai seperangkat ilmu agama.

Mereka secara informal disyaratkan untuk bermukim di Makkah al-Mukarramah sambil melanjutkan studinya bersama ulama-ulama dunia dan  Indonesia yang menjadi guru besar di Masjidil Haram seperti Syekh Ahmad Khatib Al- Minangkabawi, Syek Nawawi Al-Bantani, Syekh Banjari dan lain-lain, di samping guru besar dari kalangan bangsa Arab (Mahmud Yunus, 1966).

Tuan Guru di Lombok, memang rata-rata sudah merasakan iklim akademik di Makkah yang dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement